Perjalanan dari Bandar Sri Begawan, Brunei menuju ke Kota Kinabalu, Malaysia bisa ditempuh dengan 2 cara, jalur laut dan jalur darat. Untuk perjalanan jalur laut bisa naik ferry dari pelabuhan Pekan Muara. Jangan tanya berapa harga dan bagaimana rasanya karena saya tidak memilih jalur ini. Saya memilih jalur darat dengan alasan, saya sudah terlalu sering naik kapal lintas kota, pulau dan provinsi di Indonesia. Jadi bus lintas negara ini pun menjadi moda transportasi pilihan saya menuju kota Sipitang, tempat Pakde (dari keluarga Ibu) saya bermukim. Sipitang adalah kota kecil pinggiran sungai yang berjarak 2 jam dari Kota Kinabalu.
Bus ini bisa dicegat di pinggiran sungai Brunei (Waterfront) yang dekat dengan terminal pada jam 8 pagi setiap hari. Harga tiket menuju ke Sipitang 35 dollar Brunei dengan seat 2-2 dan AC. Sedangkan tiket Brunei ke Kota Kinabalu seharga 45 dollar Brunei. Setelah menunggu hampir 15 menit bus ini pun muncul, dan saya orang pertama yang naik ke bus ini. Jangan khawatir dibohongi, bus ini punya tiket resmi yang dikeluarkan oleh kondektur bus saat bus akan segera berangkat.
Wednesday, May 6, 2015
Wednesday, April 29, 2015
TRAVEL AGENT SPESIAL BUAT ORANG TERSAYANG
Hari ini saya pulang ke rumah di Pati, Jawa Tengah setelah sekian bulan lamanya saya tidak pulang ke rumah. Sudah lama tidak bersua dengan kedua orangtua khususnya ibu membuat saya jadi sering ngobrol dengan ibu di dapur sambil memasak atau sambil membersihkan kebun di samping rumah.
Berbagai cerita pun meluncur keluar dari mulut kecilku saat ibu bertanya bagaimana perjalananku saat ke Bandar Sri Begawan, Brunei dan Kota Kinabalu, Malaysia tahun lalu. Usai bercerita tanpa disangka ibu pun berkomentar "Asyik yah bisa jalan-jalan ke luar negeri. Paspornya jadi banyak capnya, ibu juga pengen punya banyak cap di paspor, paspornya ibu baru satu nih capnya, pas naik haji kemaren". Jlebbb!!! Mendengar kalimat itu rasanya sakitnya tuh disini *nunjuk dada*. Berasa ada pisau yang tiba-tiba menusuk.
Berbagai cerita pun meluncur keluar dari mulut kecilku saat ibu bertanya bagaimana perjalananku saat ke Bandar Sri Begawan, Brunei dan Kota Kinabalu, Malaysia tahun lalu. Usai bercerita tanpa disangka ibu pun berkomentar "Asyik yah bisa jalan-jalan ke luar negeri. Paspornya jadi banyak capnya, ibu juga pengen punya banyak cap di paspor, paspornya ibu baru satu nih capnya, pas naik haji kemaren". Jlebbb!!! Mendengar kalimat itu rasanya sakitnya tuh disini *nunjuk dada*. Berasa ada pisau yang tiba-tiba menusuk.
Usai wisuda tahun 2005, langsung terbang ke Pare-Pare buat traveling bersama. |
Wednesday, April 22, 2015
MENIKMATI SEPINYA BRUNEI
Pinggiran Waterfront |
Wednesday, April 15, 2015
NYARIS PINGSAN DI PANTAI SERASA, BRUNEI
Setelah puas nongkrong sampe jam 1-an, saya pun memutuskan
untuk mengeksplore lebih jauh wilayah di sekitar hostel. Kalau dari awal saya cuma
mondar-mandir di sekitar blok tempat hostel berada, sekarang saya berjalan
sedikit lebih jauh menuju ke blok yang berikutnya. Tidak disangka, 2 blok dari
hostel saya melihat deretan bus kota yang sedang parkir dengan berbagai tujuan.
Lahh itu terminal bus toh?? Kenapa juga saya baru tahu ada terminal bus utama
yang letaknya Cuma 300 meter dari hostel?? Jadi ngeliatin apa saja saya kemarin selama 2 hari mondar-mandir di
sekitar hostel?? *berasa bodoh*
Yasudahlah ya.. Daripada menyesali, saya pun segera beranjak
menuju ke terminal bus ini. FYI. Saya belum memutuskan mau kemana. Saya pun mondar-mandir
di dalam terminal bus yang lebih mirip parkiran ruko ketimbang terminal karena letaknya
di basement. Mungkin karena Brunei
adalah negara kaya sehingga hanya sedikit orang yang menggunakan transportasi
umum. Makanya jangan heran kalau saya tidak ngeh
sama terminal ini ya.. Mata saya pun tertuju pada peta rute bis ini yang
terdiri dari 6 rute. Setelah menyimak peta rute ini, saya pun memutuskan
mencari pantai dengan alasan Brunei adalah negara tepi pantai jadi saya harus
ke pantainya. Hehehe..
Wednesday, April 8, 2015
AKU RINDU
Aku rindu,
Pada jejak kaki yang belum aku tapakkan
Pada tempat yang belum kudatangi
Pada dedaunan yang belum aku sentuh
Aku merindu,
Pada buaian angin yang belum sempat membelaiku
Pada kecupan hujan yang tak sempat menyentuh keningku
Pada tarian pelangi yang tak sempat mengajakku bermain
Aku hanya sendiri disini
Merindukanmu yang belum sempat kumiliki
Jakarta, April 2015
Ika Wirawati
Pada jejak kaki yang belum aku tapakkan
Pada tempat yang belum kudatangi
Pada dedaunan yang belum aku sentuh
Aku merindu,
Pada buaian angin yang belum sempat membelaiku
Pada kecupan hujan yang tak sempat menyentuh keningku
Pada tarian pelangi yang tak sempat mengajakku bermain
Aku hanya sendiri disini
Merindukanmu yang belum sempat kumiliki
Jakarta, April 2015
Ika Wirawati
Wednesday, April 1, 2015
MENCICIPI KULINER PASAR SANTA, JAKARTA
Pasar Santa. Saya rasa hampir semua warga Jakarta pasti kenal dengan pasar yang satu ini. Dulunya ini adalah kawasan pasar tradisional pada umumnya yang bisa ditemukan di mana saja. Awalnya lantai 1 difungsikan bagi para penjahit, namun karena sepi pembeli, para penjahit pun turun dan menempati lantai dasar pasar Santa. Lantai 1 pun sempat terbengkalai dan kosong melompom. Namun sejak Agustus 2014, Lantai 1 pasar ini mulai difungsikan sebagai areal foodcourt dan mulailah geliat pasar ini kembali muncul.
Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa orang teman menyempatkan diri untuk sekedar berkunjung, melihat-lihat dan mencicipi beberapa jenis makanan yang ada di pasar ini. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan jenis makanan yang dijual di sini, ini adalah beberapa makanan yang mampu saya cicipi dalam waktu 3 jam kunjungan ke sana.
Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa orang teman menyempatkan diri untuk sekedar berkunjung, melihat-lihat dan mencicipi beberapa jenis makanan yang ada di pasar ini. Dari puluhan bahkan mungkin ratusan jenis makanan yang dijual di sini, ini adalah beberapa makanan yang mampu saya cicipi dalam waktu 3 jam kunjungan ke sana.
Wednesday, March 25, 2015
MENANTANG MAUT DEMI SEBUAH FOTO???
Pengunjung di Tebing Keraton, Bandung |
Sesaat saya diam termangu mendengar perempuan asing itu berkata demikian saat melihat beberapa orang yang menuruni tebing tanpa alat dan asyik berpose. Saya sedikit tersentak dengan kalimat itu karena terus terang saya mungkin termasuk salah satu yang terkadang melakukan hal demikian, membahayakan diri demi sebuah foto dramatis.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
Sebagai salah satu kota penyangga ibukota Jakarta, Bogor punya banyak destinasi wisata yang menarik dan masih tersembunyi. Jaraknya yang han...
-
Martapura, Kalimantan Selatan sudah terkenal se antero Nusantara sebagai tempat penghasil intan permata berkualitas wahid di dunia. Meski ad...
-
Saat ini banyak bermunculan berbagai macam destinasi wisata di daerah, terutama yang mengusung tema tempat instagramable alias bagus buat fo...