Kota Parepare adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki kesan terdalam buat saya. Bukan karena keindahan pantainya, tapi karena di kota inilah almarhum opa (ayah dari ibu) saya dimakamkan. Terakhir kali saya mengunjungi kota Parepare untuk 'nyekar' ke makam opa adalah pada tahun 2005. Makanya saya excited sekali bisa mendapat kesempatan dinas ke kota Parepare di tahun 2024 lalu.
Biasanya di pagi hari dan sore hari, sepanjang pantai Mattirotasi ini ramai dipadati orang, mulai dari yang berolahraga, hingga yang ingin piknik bersama teman atau keluarga.
Sekilas Tentang Kota Parepare
Parepare adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di pesisir barat Sulawesi, sekitar 155 km sebelah utara Makassar. Meskipun ukurannya relatif kecil, Parepare memiliki sejarah dan peran penting sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan regional.
Kota ini memiliki luas wilayah 99,33 km² dan berpenduduk sebanyak 154.854 jiwa (BPS 2022). Kota Parepare juga merupakan tempat kelahiran Presiden Republik Indonesia ke-3 yaitu B.J. Habibie.
Letak Kota Parepare berada di dalam kawasan Selat Makassar yang menghubungkan jalur lalu lintas transportasi dan perdagangan laut dari Jawa, Makassar, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Maluku di bagian utara Nusantara. Parepare bisa dibilang merupakan daerah yang aman dari ombak laut karena berada di kawasan teluk.
Cara Menuju Ke Parepare dari Makassar
Untuk menuju ke Kota Parepare dari Makassar, ada beberapa pilihan transportasi darat yang umum digunakan. Jarak antara kedua kota ini sekitar 155 km dan waktu tempuhnya berkisar 3,5 hingga 5 jam, tergantung jenis transportasi yang digunakan dan kondisi lalu lintas.
Berikut beberapa pilihannya:
1. Menggunakan Mobil Pribadi atau Sewa Mobil
Rute utamanya adalah Makassar → Maros → Pangkep → Barru → Parepare. Rute ini mengikuti Jalan Poros Trans-Sulawesi yang sudah cukup baik dan ramai. Waktu tempuhnya sekitar 3,5–4,5 jam.
Jika menggunakan mobil, kalian bisa berhenti di beberapa tempat menarik di sepanjang jalan seperti: Rammang-Rammang di Maros, Taman Wisata Alam Bantimurung dan beberapa pantai indah di Barru.
2. Bus Antar Kota (AKDP)
Banyak bus kota dari Terminal Daya, Makassar menuju ke Parepare. Operator busnya antara lain: Bintang Prima, Primadona, New Liman, dan lainnya. Kelas bus tersedia mulai dari yang ekonomi sampai eksekutif AC. Tiket bisa dipesan di terminal, agen, atau lewat aplikasi travel online.
Waktu tempuh dengan menggunakan bus umum sekitar 4–5 jam. Harga tiket bus mulai dari 70.000 sampai 150.000, tergantung jenis kelas bus yang diinginkan.
3. Travel (Minibus)
Banyak jasa travel Makassar–Parepare yang menjemput langsung dari alamat di Makassar atau dari Bandara Sultan Hasanuddin, Maros.
Beberapa pilihan travel antara lain: Bintang Prima Travel, Litha & Co, Ballo Travel. Pilihan ini lebih cepat dan fleksibel daripada bus umum. Waktu tempuh perjalannnya sekitar sekitar 3,5–4 jam. Harganya tergantung kelas dan layanan, biasanya antara Rp100.000–Rp150.000 per orang.
4. Kereta Api (opsi masa depan)
Meski sudah ada jaringan rel kereta api dari Makassar ke Parepare, sayangnya saat saya mengunjugi kota ini di bulan Agustus 2024, belum ada layanan kereta Makassar–Parepare yang sepenuhnya aktif untuk penumpang umum. Kereta saat itu hanya sampai di Kabupaten Barru, kabupaten sebelum kota Pare-Pare.
Namun proyek kereta api Makassar–Parepare masih terus dalam pengembangan dan diperkirakan akan selesai di tahun 2026. Sebagian jalur kereta hingga ke Barru sudah diuji coba dan aktif digunakan, meski dengan jadwal yang terbatas. Dalam waktu dekat, ini bisa jadi alternatif transportasi cepat dan nyaman.
Meski sedikit sedih dan kecewa belum bisa merasakan naik kereta Trans-Sulawesi ini, namun saya berharap suatu saat nanti jika kembali traveling ke Sulawesi Selatan, jalur keretanya sudah aktif beroperasi dengan tujuan ke seluruh kota dan kabupaten di Sulawesi Selatan.
Menikmati Pagi di Kota Parepare, Sulawesi Selatan
Selepas subuh dan menunggu hingga fajar menyingsing, saya pun memutuskan untuk menikmati pagi di Kota Parepare dengan berjalan kaki menyusuri jalan utamanya. Ada beberapa tempat yang saya tuju namun tujuan utamanya sudah pasti, ziarah ke makam opa.
Sesekali saya bertemu dengan penjual nasi kuning dan jajanan kue di tepi jalan. Namun berhubung saya merasa di hotel akan disediakan sarapan nasi kuning, saya pun urung membelinya. Takut terlalu banyak makanan dan tidak habis, mubazir kan.
Taman Makam Pahlawan Paccekke Parepare
Dari hotel menuju ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Paccekke kurang lebih 2 kilometer. Saya pun memutuskan berjalan kaki sembari menikmati suasana pagi di sepanjang jalan poros Trans Sulawesi ini. Sesekali beberapa truk dan kontainer melintas di jalanan.
Sekitar 30 menit kemudian, sampailah saya di TMP Paccekke. TMP Paccekke Parepare ini memiliki nilai sejarah karena terkait dengan Monumen Paccekke yang berada di Kabupaten Barru.
Nama Paccekke memang diambil dari nama desa Paccekke di Kabupaten Barru yang menjadi tempat lahirnya Tentara Rakyat Indonesia (TRI) Divisi Hasanuddin dan Kodam XIV Hasanuddin di tahun1957. Sejarah ini termuat dalam surat perintah (mandat) Jenderal Soedirman yang ditulis dan diabadikan dengan prasasti yang berada di depan Monumen Paccekke, Kabupaten Barru.
Sedikit cerita tentang opa kenapa beliau bisa dimakamkan di TMP Paccekke ini adalah karena beliau merupakan prajurit TNI yang dulu ditugaskan untuk memburu kawanan gembong DI/TII di Sulawesi Selatan, Kahar Muzakkar di kurun waktu 1955-1966. Beliau gugur di Parepare tahun 1966 saat bertugas.
Pagi ini terasa syahdu di area pemakaman ini. Doa terbaik untuk para pejuang yang gugur di medan perang, khususnya untuk opa.
Tonrangeng riverside
Tak jauh dari TMP Paccekke, sekitar 800 meter, terdapat jembatan yang melintas sungai Karajae dan bermuara ke teluk Makassar. Tonrangeng Riverside (sering disebut TRS) adalah sebuah ruang publik dan ikon baru di Kota Parepare yang terletak di Kecamatan Bacukiki Barat, Kelurahan Lumpue.
Dulunya jembatan ini adalah jembatan layang untuk akses ke RS dr. Hasri Ainun Habibie, namun kini berubah menjadi taman sungai yang modern dan cantik.
Masjid Terapung BJ Habibie
Masjid terapung BJ Habibie ini terletak di Pantai Mattirotasi, Kecamatan Bacukiki Barat, Parepare, masjid megah ini menjadi ikon religi terbaru kota tersebut.
Sesuai dengan namanya, nama masjid ini dimaksudkan untuk menghormati nama putra terbaik Parepare, Presiden ke‑3 RI, B.J. Habibie. Masjid ini mulai digunakan pada shalat Idul Fitri di tahun 2022 dan diresmikan secara resmi pada 17 Oktober 2023 bertepatan Maulid Nabi.
Sayangnya, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat memasuki masjid ini. Namun suasana teduh di pagi hari di sekitar masjid ini benar-benar terasa syahdu.
Pantai Mattiratosi
Pantai Mattirotasi dalam bahasa Bugis berarti 'melihat ke laut'. Pantai ini merupakan pantai terpanjang di Kota Parepare, dengan panjang kurang lebih 4 kilometer, membentang dari Kelurahan Sumpang Minangae (muara sungai Karajae) hingga ke Pelabuhan Nusantara Parepare.
Ada beberapa taman tematik yang dibuat di beberapa titik di pantai ini, antara lain
1. Taman Kereta Kencana, ditandai dengan adanya patung kereta kencana. Letaknya berdekatan dengan masjid terapung BJ Habibie.
2. Taman La Mario, dengan ikonnya miniatur patung kapal pinisi yang menghadap ke Selat Makassar.
3. Taman utama Mattirotasi.
Taman Kereta Kencana di Pantai Mattirotasi, Parepare |
![]() |
Miniatur kapal pinisi di Taman La Mario, Parepare |
![]() |
Taman utama Mattirotasi, Kota Parepare |
Biasanya di pagi hari dan sore hari, sepanjang pantai Mattirotasi ini ramai dipadati orang, mulai dari yang berolahraga, hingga yang ingin piknik bersama teman atau keluarga.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 08.00, tanda saya harus segera kembali ke penginapan untuk bersiap-siap melaksanakan tugas negara. 2 hari 1 malam rasanya belum puas menjelajahi kota Parepare ini. Tapi suatu saat nanti, saya pasti akan kembali kesini dengan waktu yang lebih lama, menikmati suasana sore di kota Parepare.
Plot twist sarapan di hotel ternyata disediakan nasi putih dan beberapa lauk, nasi goreng dan roti. Astagaaa, tahu begitu beli saja tuh nasi kuning di pinggir jalan buatan emak-emak yang sudah pasti enak. Hadeuhhh. (EKW)
Comments
Post a Comment