Wednesday, February 25, 2015

HECTICNYA MAU BERLIBUR KE BRUNEI

Tiket pesawat sekali jalan ke Brunei tertanggal 26 April 2014 sudah saya kantongi hampir setahun yang lalu. Tapi hingga 2 minggu menjelang keberangkatan saya masih memegang surat cuti yang belum ditandatangani oleh si boss. Dampaknya?! Saya belum bisa beli tiket pulang.. *manyun*
10 hari sebelum keberangkatan

Entah habis kejatuhan durian runtuh darimana, tiba-tiba team marketing di kantor saya memutuskan dalam tempo sesingkat-singkatnya bahwa akan diadakan talkshow di luar studio kantor dengan narasumber utama para gubernur/walikota/bupati se-Indonesia. Target untuk project ini adalah 50 episode yang akan dimulai pada tanggal 21 april 2014, setiap hari 2 episode dan seluruh crew wajib ada di tempat pukul 5 pagi.

Saya?? Santai saja mendengarnya karena 2 minggu yang lalu saya sudah memberikan pengumuman akan cuti selama 1 minggu, mulai tanggal 28 april. Lagipula setelah melihat susunan crew talkshow, nama saya tidak tercantum disana.. Jadi santai-santai di kantor sambil main game. *magabut mode ON*

Wednesday, February 18, 2015

ADA CENGKEH LAUT DI PISANG

Para pembaca yang budiman, judul artikel kali ini tidak ada sangkut pautnya dengan kuliner ya.
Salah satu kebun cengkeh di pulau Pisang
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi salah satu pulau di wilayah provinsi Lampung, yaitu pulau Pisang. Pulau pisang masuk dalam wilayah kabupaten hasil pemekaran yaitu Pesisir Barat.

Baca Juga : Sebuah Cerita dari Sepenggal Surga di Pesisir Barat

Di pulau ini, saya berkesempatan untuk tinggal dan mendengarkan cerita dari salah satu penduduk disana. Pak Tuzakki adalah salah satu petani cengkeh di pulau ini, dengan luas kebun setengah hektar, Ia memiliki 400 batang cengkeh berumur antara 5 hingga 10 tahun.
Mendengarkan cerita Pak Tuzakki sambil memetik cengkeh
Ia berkisah, tanaman cengkeh di pulau ini mulai dibudidayakan sejak 15 tahun silam. Namun saat itu jumlahnya belum seberapa. Bibit tanaman di pulau ini kemungkinan berasal dari Bengkulu atau Padang "Karena dulu penduduk sini banyak yang berasal dari Padang sepertinya" ujar pak Tuzakki sambil memisahkan tangkai dan cengkeh di halaman belakang kiosnya bersama seorang temannya.

Sore ini pak Tuzakki membawa hampir 2 kilo cengkeh yang berasal dari satu pohon. "Hari ini tidak bisa memetik banyak karena hujan terus dari tadi pagi. Saya hanya sempat panen dari beberapa pohon saja, sudah terlanjur basah kuyup dan kedinginan karena kehujanan ya.. saya pulang saja" sambil tersenyum.

Wednesday, February 11, 2015

SEBUAH CERITA DARI SEPENGGAL SURGA DI PESISIR BARAT


Perjalanan kali ini dimulai dengan sebuah percakapan antara saya dengan seorang nelayan di dermaga Kuala Stabas, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, provinsi Lampung.
Kapal bercadik di sekitar dermaga Kuala Stabas, Krui
Saya : "Disini pelabuhan buat menyeberang ke pulau?"
Nelayan : "Iya, Mbak mau ke pulau?"
Saya: "Iya, Kapalnya ada?"
Nelayan : "Tuh kapalnya" (nunjuk kapal dengan nama Pulau Carita)
Saya : "Ohh.. Terima kasih" (terus nyamperin tukang kapal buat nanya jadwal berangkat dan booking tempat)

Nelayan: "Udahan Mbak?"
Saya : "Udah Pak"
Nelayan : Tahu darimana pulau itu? Kok baru sekarang mana? Angin dan ombaknya lagi gede banget nih"
Saya : Oh ya?! Lagi musim hujan sih ya"
Nelayan: "Iya, 2 hari yan lalu kapal saya baru terbalik di tengah laut pas mengangkut penumpang dari pulau itu kesini"
Saya : "Hah!! Serius???"
Nelayan : Iya, ada sekitar 30-an penumpangnya, tapi tidak ada yang meninggal kok. semuanya pada jago berenang. jadi mereka bisa mengapung di laut selama 2 jam sebelum dijemput kapal lainnya. Terus kapal saya bisa ditarik kembali kesini".
Saya :"Ohhhh!! Kayaknya saya butuh pelampung nih, secara saya tidak jago berenang. Paling cuma bisa mengapung sekitar 10-15 menit saja."
Nelayan: "Waktu itu sih kapal saya memang overload. Kalau sekarang mah tidak akan lebih dari 10 orang kok."
Saya: "Ohhh.." (Lagi) "Trus kapal bapak yang mana?"
Nelayan : "Itu, si Pulau Carita yang nanti Mbak tumpangin ke pulau. Saya pamit ke pasar dulu ya, mau ngambil barang. Permisi"
Saya : (Bengong dan diam seribu bahasa)

Sumpeehh lo kapal yang mau saya naikin baru kebalik di laut 2 hari yang lalu???? Tidakkk!!!! 

Wednesday, February 4, 2015

JALAN KAKI KE PULAU MAITEM



Pulau Maitem ini sebenarnya lebih dekat dengan desa Ketapang, Lampung Selatan daripada pulau Pahawang yang sudah terkenal duluan kemana-mana. Akses menuju ke pulau ini bisa ditempuh dengan dua cara yaitu sewa perahu seharga 400rb dan jalan kaki. Haah!!! Serius nih jalan kaki??? Iya saya serius pakai banget pulau ini bisa ditempuh dengan jalan kaki, dengan catatan, laut sedang surut.

Akses jalan menuju pulau ini berada di bagian yang berlawanan arah dari dermaga ketapang, di tempat penyemaian bibit mangrove. Bisa tanya ke penduduk setempat kalau tidak tahu.


Popular Posts