Pegiat Literasi dan Lingkungan dari Pulau Dewata

Masih jelas dalam ingatan bagaimana pandemi COVID-19 membawa gelombang perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pembatasan sosial dan penutupan sekolah memaksa jutaan siswa di seluruh dunia untuk beradaptasi, belajar dari rumah. 

Di Pulau Dewata, Bali, yang sangat bergantung pada pariwisata, dampaknya terasa begitu mendalam. Salah satunya di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, yang biasanya cerah dengan harapan dan aktivitas, mendadak terasa redup. Anak-anak tak lagi bisa ke sekolah, dan roda pariwisata yang menjadi nadi ekonomi desa pun berhenti bergerak. 

Pegiat Literasa dan Lingkungan di Pulau Bali
I Gede Andika Wira Teja (Foto: Instagram Jejak Literasi Bali)

I Gede Andika Wira Teja yang tumbuh dan besar di Desa Pemuteran pun merasa terpanggil. Ia yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik. Ia ingin membuka jalan menuju masa depan itu bagi anak-anak di desanya.

"Usia itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak disia-siakan. Tapi pandemi membuat anak-anak Pemuteran terancam kehilangan usia emasnya saat hak untuk sekolah terkikis. Tidak semua dari mereka bisa belajar online," ujar Gede Andika.

Gagasan yang diusung Gede Andika ini lahir di tengah situasi sulit masa pandemi Covid-19. Pada saat itu, banyak anak-anak di sekitarnya terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan perangkat dan jaringan yang memadai untuk belajar dari rumah. Tak semua keluarga mampu menyediakan gawai atau akses internet yang dibutuhkan untuk mengikuti pelajaran daring. 

Melihat kondisi ini, Gede Andika pun terdorong untuk mencari solusi, merancang sebuah inovasi yang bisa menjembatani kendala-kendala ini dan memastikan pendidikan tetap bisa diakses oleh anak-anak yang membutuhkannya.

Dorongan kuat itu pun menjadi sebuah mimpi besar yang direalisasikan menjadi Kredibali, sebuah ruang belajar yang sekaligus menjadi komunitas, yang ia dirikan khusus bagi anak-anak di Desa Pemuteran. 

Kredibali (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan) bukan sekadar tempat belajar, melainkan sebuah wadah bagi anak-anak untuk tumbuh, berkembang, dan meraih kesempatan yang lebih baik. Kredibali sendiri adalah anak program dari Jejak Literasi Bali yang ia dirikan pada tahun 2019.

Keputusan Besar

Namun, perjalanan membangun program Kredibali ini bukan tanpa cobaan. Gede Andika menghadapi banyak rintangan dan harus mengorbankan banyak hal. Salah satu pengorbanan terbesar adalah melepaskan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 dan beasiswa yang telah diraihnya. 

Dengan keputusan ini, ia memilih untuk fokus pada tujuan yang sudah ia tetapkan, dan ia percaya bahwa dengan langkah ini, ia bisa membantu lebih banyak orang di masa depan.

"Saya ingin Kredibali menjadi tempat di mana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang tanpa merasa takut atau terbebani," katanya.

Dukungan Relawan

Dalam menjalankan Kredibali, Gede Andika tidak bergerak sendiri. Saat itu, Kredibali didukung oleh 70 relawan yang berdomisili di Bali, serta bekerja sama dengan pemerintah Desa Pemuteran yang menyediakan balai desa sebagai ruang kelas. 

Ternyata, animo warga Desa Pemuteran dan sekitarnya sangat besar sehingga banyak anak-anak yang ingin bergabung dalam program ini. Namun, saat itu, Kredibali baru bisa memfasilitasi 75 anak, sehingga perlu dilakukan pemetaan. Anak-anak yang paling membutuhkan les diprioritaskan, sementara yang lainnya menunggu giliran berikutnya.

Program pembelajaran di Kredibali dibagi dalam tiga tingkatan: kelas 3-4 SD masuk dalam level Basic, kelas 5-6 SD dalam level Intermediate, dan SMP dalam level Advanced. Jadwal belajar juga disusun di luar jam sekolah, memastikan tidak mengganggu kegiatan belajar formal mereka. Dengan pendekatan ini, Kredibali tak hanya memberikan pelajaran tambahan, tetapi juga membangun semangat belajar dan kebersamaan di antara para siswa.

Alat Tukar Sampah

Gede Andika kemudian merenung dan menganalisis lebih dalam, mencari cara terbaik untuk berbuat sesuatu yang tak hanya bermanfaat, tetapi juga mendapat dukungan masyarakat sekitarnya. Ia ingin memastikan setiap langkahnya tepat sasaran dan bisa diterima oleh komunitas.

Dari sinilah lahir konsep pelatihan Bahasa Inggris di Kredibali yang unik: pelatihan ini memang gratis, tetapi ada syarat khusus. Anak-anak yang ingin belajar harus membawa sampah plastik sebagai “alat tukar” atas ilmu yang mereka peroleh. 

Pilihan ini bukan tanpa alasan; plastik adalah masalah besar yang menjadi perhatian utama di Bali, terutama dengan ketergantungan daerah itu pada pariwisata. Gagasan ini sekaligus mengajak anak-anak untuk peduli lingkungan, menciptakan manfaat ganda—belajar sambil menjaga kebersihan lingkungan.

Di Kredibali, anak-anak bukan sekadar peserta belajar, melainkan juga inisiator perubahan. Mereka menjadi pengingat dalam keluarga, mengedukasi orang tua tentang bahaya sampah yang dibiarkan begitu saja dan manfaat besar jika sampah tersebut dikelola dengan baik.

Untuk itu, Kredibali pun menjalin kemitraan dengan Plastic Exchange, sebuah lembaga yang fokus pada isu lingkungan. Melalui kerja sama ini, sampah plastik yang terkumpul tidak dibiarkan begitu saja, melainkan ditukarkan menjadi beras, yang kemudian disumbangkan kepada lansia kurang mampu di sekitar mereka. Inilah bentuk nyata dari misi sosial Kredibali.

Salah satu capaian membanggakan Kredibali dalam mengelola sampah terlihat di Desa Pemuteran. Di sana, sebanyak 781 kg sampah telah berhasil dikumpulkan dan ditukarkan menjadi 320 kg beras, yang disalurkan kepada 127 lansia yang membutuhkan. Di Desa Gianyar, Kredibali mengumpulkan 314 kg sampah, menghasilkan 118 kg beras, yang kemudian diberikan kepada 72 lansia. 

Program ini bukan hanya memberikan dampak pendidikan dan lingkungan, tetapi juga sentuhan kepedulian bagi mereka yang memerlukan.

Bagi Gede Andika, keputusan untuk membatalkan rencana melanjutkan pendidikan master bukanlah hal yang mudah. Namun, melihat dampak nyata yang kini tercipta, ia merasa pengorbanan itu sangat sepadan. Ada kepuasan tersendiri saat menyaksikan perubahan di sekitar, hasil dari setiap langkah dan upaya yang ia tanamkan untuk komunitas. (EKW)


Sumber:

https://siap.viva.co.id/news/11701-inspiratif-i-gede-andika-wira-teja-sulap-rumah-menjadi-ruang-belajar

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/20/gede-andika-ciptakan-perubahan-besar-kredibali

https://kumparan.com/sellyria91/gede-andika-mengajar-bahasa-inggris-sambil-menjaga-kelestarian-lingkungan-21FC8N7c2ql/1

https://siap.viva.co.id/entertainment/11313-korbankan-masa-depan-beginilah-kiprah-gede-andika-jaga-lentera-pesona-pulau-dewata



Comments

Post a Comment