SENSASI TERBANG DENGAN CARAVAN

Banyaknya tugas negara dan kegiatan traveling yang saya lakukan membuat saya banyak menggunakan moda transportasi umum, mulai jalur darat, laut hingga udara. Jika jaraknya jauh dan cuma punya sedikit waktu, pesawat adalah moda transportasi yang paling sering saya gunakan baik untuk kerja ataupun liburan.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan merasakan terbang bersama caravan. Eits..ini bukan jenis mobil terbang yee. Ini adalah jenis pesawat terbang buatan Amerika Serikat dari perusahaan Cessna bertipe Cessna 208 Grand Caravan. Pesawat ini yang membawa saya terbang dari bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta menuju ke sebuah bandara pribadi di tepi pantai Pangandaran, Jawa Barat milik Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti. Pesawat caravan ini memang salah satu armada di bawah naungan penerbangan Susi Air.



Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya terbang dengan pesawat kecil. Dulu (kalau tidak salah ingat) di tahun 1994 saya pernah menggunakan pesawat dengan 2 baling-baling berkapasitas sekitar 20-an orang, dari Ambon menuju ke pulau Banda Neira dan sebaliknya. Tapi yaa itu kan pengalaman sudah lama banget ya. Jadi pas naik pesawat caravan ini, rasa deg-degan, penasaran sekaligus excited itu muncul kembali secara bersamaan.

Ada beberapa keunikan naik pesawat ini. Yang pertama semua barang dan penumpang harus ditimbang. Barang yang masuk bagasi ditimbang. Setelah itu penumpang plus barang bawaan kabinnya juga ditimbang. Berat itu akan jadi salah satu manifestasi kelayakan terbang karena pesawat ini punya batas maksimal 1,1 ton atau 1100 kg yang tidak boleh dilanggar. Jika kelebihan berat, barang atau penumpang harus dikurangi saat itu juga.

Yang kedua, pesawat caravan ini cuma punya satu baling-baling di depan. Berbeda dengan pesawat kecil yang dulu pernah saya tumpangi ke Banda Neira yang punya 2 baling-baling di kiri dan kanan sayap pesawat. Otomatis pesawat lebih kecil dan ketinggian jelajahnya juga rendah, hanya sekitar 20.000 sampai 25.00 kaki atau sekitar 7000an meter sehingga sepanjang perjalanan Jakarta -Pangandaran saya masih bisa melihat bentang alam geografis dan rumah-rumah penduduk di bawah sana.

Yang ketiga, tidak ada sekat antara kursi pilot di cockpit dan kursi penumpang. Jadi saat saya duduk di kursi penumpang paling depan, persis di belakang pilotnya, saya bisa melihat dari dekat saat pesawat take off dan landing dari kaca cockpit pilot pesawat. Rasanya?! Gak usah ditanya. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Terlalu seru untuk dituliskan. Hehehehehe..(EKW)

Comments

  1. Weh! Mataku yg kelilipan atau memang itu pilotnya bule mbak? Pingin juga sekali-kali terbang pakai pesawat perintis kayak gini. Naik pesawat kayak gini mesti mikir-mikir kalau mau bawa oleh-oleh, hahaha. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pilotnya emang bule mas mawi..
      cuma itu hiburan mata disaat jantung mo copot saat pesawat bermanuver.
      wkwkwkwkwk..

      Delete
  2. enak sih terbang naik pesawat ginian.. pernah ngerasain terbang banda aceh ke pulau simeulue, lamanya 4 jam ngalahin terbang jakarta-banda aceh wkwkwkw
    belum lagi klo mau mendarat dan bisingnya?? subhanallah.. :(

    ReplyDelete

Post a Comment