MENDAKI GUNUNG KINABALU, GUNUNG DENGAN AKOMODASI LENGKAP

10.30 waktu setempat, 11 September 2012
teman-perjalanan-hiking-ke-gunung-kinabalu
Kawan-kawan baru saya
Ciara, David dan Alex
Di depan pintu masuk Timpohon dengan gerimis dan udara berkabut, saya dan 3 kawan baru memulai perjalanan. Sebelumnya kita mesti check in dengan menandatangani form yang ada di pintu masuk. Katanya sih buat data masuk dan keluar pengunjung bisa dipantau, jadi kalau ada orang hilang, bisa langsung ketahuan siapa yang hilang.


Form Pendakian di pintu masuk Timpohon
Jalanan berkabut 
Air terjun Carson
Pic by Alex Wong
Sekitar 500 meter dari pintu masuk Timpohon, ada sebuah air terjun bernama Carson. Air terjun ukuran sedang yang berada di pinggir jalan. Setelah foto-foto sebentar, perjalanan pun kembali dilanjutkan. Jalanan awal masih landai dengan deretan kabel listrik di sebelah kiri jalan. Hmm.. Baru kali ini saya lihat kabel listrik di tengah hutan. Saya memang dengar soal basecamp diatas gunung kinabalu yang punya fasilitas lengkap, tapi saya tidak kepikiran bakal ada kabel listrik juga di pinggir jalanan seperti ini.
Kabel listrik di pinggir jalan
 Track yang semula landai, mulai memasuki wilayah tanjakan. Hal yang menurut saya paling menyebalkan saat memasuki wilayah tanjakan ini adalah TANGGA. Ya.. TANGGA.. Namun saya mencoba berpikir positif. Mungkin ini hanya track awal saja jadi mari melanjutkan perjalanan mendaki Gunung Kinabalu.
track-pendakian-gunung-kinabalu
70% track di Gn Kinabalu adalah Tangga
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, tiba-tiba badan saya mendadak lemas dan keringat dingin. Saya pikir karena terlalu bersemangat untuk hiking, saya memforsir tenaga terlalu banyak dengan berjalan terlalu cepat. Padahal untuk hiking kali ini tidak melakukan persiapan fisik sama sekali. Yasudlah, saya mulai memperlambat kecepatan berjalan. Tapi setelah 15 menit kok saya makin lemas tak bertenaga ya?! Setelah saya ingat-ingat kembali Persiapan Hiking ke Gunung Kinabalu hari ini, ternyata saya belum makan apa pun dari tadi pagi. Ya ampun.. pantesan saja!

Yasudlah, saya minta waktu beristirahat sejenak sama guide dan langsung memakan sarapan dari restoran tadi. Isinya beberapa potong sandwich yang isinya daging dan keju, 2 butir telur rebus, 1 buah pisang dan apel. Setelah makan, saya pun melanjutkan perjalanan.

Di sepanjang perjalanan mendaki gunung kinabalu terdapat beberapa petunjuk arah dan shelter atau pos untuk berisitirahat. Shelternya cukup kokoh dengan 2 tong sampah dan papan informasi mengenai beberapa flora dan fauna yang berada disekitar shelter tersebut. Bahkan ada beberapa shelter dilengkapi dengan toilet  dan air bersih. Sangat bagus sekali perlengkapannya. Sayang, saya lupa untuk mengabadikan gambarnya. *norak.com tidak pernah lihat toilet di hutan. Hehehehe..*
papan-petunjuk-di-shelter-pendakian-gunung-kinabalu
Beberapa petunjuk dan infomasi di shelter
 Saat berisirahat di beberapa shelter tersebut, saya melihat ada beberapa ekor tupai dan burung yang berkeliaran di sekitar shelter. Jika kita memberikan sedikit remah-remah makanan, beberapa tupai akan datang mendekat dan mengambil makanan. Lucu deehh… Oke! Cukup istirahatnya. Mari melanjutkan perjalanan.
Tupai yang berkeliaran di sekitar shelter
tanaman-di-gunung-kinabalu
Beberapa jenis tanaman yang tumbuh
di sepanjang jalur pendakian
Ternyata nih ya, harapan saya tangga cuma akan ada di awal perjalanan harus pupus. Sepanjang perjalanan yang terlihat adalah tangga, tangga, dan tangga lagi. Bonus jalanan landai bisa dihitung jari, pakai satu tangan pula. Haahh.. Capekk dehhh!!!!

Sekitar 1 kilometer dari basecamp Laban Rata, tiba-tiba hujan kecil mengguyur. *coba tebak, darimana saya bisa tahu posisi basecamp itu 1 kilometer lagi, padahal ini pertama kalinya saya hiking ke gunung Kinabalu* Secara saya pikir kurang dari 30 menit lagi akan sampai di basecamp, jadi saya malas mengeluarkan raincoat. Maka berhujan-hujan ria lah saya.

Sekitar 30 menit kemudian sampailah saya di Laban Rata Guesthouse dalam keadaan setengah basah kuyup. 3 orang teman saya sudah menanti di ruang makan. Saya pun segera check-in di resepsionis dengan menggunakan nametag dan diberikan kunci kamar serta handuk. Saya masih sedikit bingung dengan akomodasi ala hotel di tengah hutan begini. Hehehe… *masih mikir, saya ada di tengah hutan apa tengah kota ya?!*

mendaki-gunung-kinabalu
Laban Rata Guesthouse
Pintu masuk guesthouse utama Laban Rata
Setelah itu saya, Alex, David, dan Ciara membicarakan mengenai rencana untuk mendaki ke puncak yang akan kita lakukan pada jam 3 pagi dini hari nanti. Jadi, kita semua harus sudah bersiap-siap pukul 2 pagi dan segera sarapan dini hari. Saya pun mendengarkan sambil menyeruput milo panas seharga 15 RM. Busyet.. mahal amat ya nih minuman, di pesawat aja milo panas cuma 5 RM euy.. Namun karena saya masih kedinginan dan belum ganti baju yang kering, ya minuman panas itu terpaksa tetap saya beli lah, lagipula di basecamp ini tidak boleh masak dan tidak boleh bikin tenda. *Peraturan yang aneh*
Suasana di Laban Rata Guesthouse
Suasana di ruang makan Laban Rata
Setelah ganti baju, dan membersihkan diri, saya pun berkeliling di sekitar guesthouse sambil hunting gambar. Mengagumi dan menikmati udara hutan dan gunung dengan segala kelengkapan akomodasinya. Begitu matahari telah tenggelam dan udara semakin dingin, saya pun segera beranjak ke kamar tidur yang diisi oleh 4 orang.

Kamar tidur di guesthouse Laban Rata ini tipikal kamar dorm atau hostel. Sekamar isinya 4 tempat tidur yang bisa diisi laki-laki maupun perempuan. Buat para jilbabers yang hiking sendirian macam saya, ya terima nasib saja kalau ternyata ada teman sekamar yang beda jenis kelamin.
tempat tidur di dalam kamar saya
Kebetulan teman sekamar saya yang lain adalah 1 orang wanita dari china, dan sepasang suami istri dari Australia. Saya sempat berkenalan dengan pasangan suami istri tersebut namun berhubung mereka juga terlihat kecapekan, saya pun tidak melanjutkan pembicaraan lagi. 

Saatnya tidur karena jam 2 pagi nanti saya sudah harus bangun. Pasang weker di HP sampai 3 kali dengan jeda setiap 15 menit, saya pun tidur dengan 2 lapis selimut yang nyaman. Sekitar jam 2 kurang 15 menit saya pun segera bangun dan bersiap-siap. Pas lagi memeriksa kelengkapan alat, saya baru ingat saya lupa membawa satu alat yaitu SENTER.. Baguss.. mau jalan malam hari tapi tidak bawa senter *Berasa bodoh tingkat dewa*

Segera menuju resepsionis, menanyakan apakah menjual senter, namun ternyata tidak ada. Saya pun menemui guide saya, Saigul, apakah bisa mendapatkan pinjaman senter. Saat itu saya sudah pasrah tidak akan bisa mendaki ke puncak karena peraturan mewajibkan setiap pendaki malam hari wajib membawa senter.

Untungnya sekitar 10 menit kemudian, Saigul mendatangi saya dan mengatakan ada yang bisa meminjamkan senter, namun saya harus bayar. Yaelah itu mah namanya bukan minjam kali, tapi sewa.. Yasudahlah, setelah nego harga, saya pun merogoh kocek sebesar 25 RM. Arrgghh.. Mahaalll..  tapi berhubung ini mungkin perjalanan sekali seumur hidup ya sudahlah, terima nasib saja untuk kesekian kalinya.

Gunting Lagadan Guesthouse
Ke 3 teman saya juga sudah datang. Maklum, guesthouse tempat mereka menginap berbeda dengan saya, mereka harus naik lagi sekitar 500 meter dari guesthouse utama tempat saya menginap. Namun karena ruang makan ada di guesthouse utama, maka mereka harus turun lagi.

Setelah makan, tepat jam 3 pagi kita pun segera memulai pendakian menuju puncak gunung Kinabalu dengan beberapa team lain yang kalau di total, jumlahnya bisa mencapai lebih dari 30 orang. Saya sedikit berharap track ke puncak kali ini tidak akan bertemu tangga lagi, namun sayangya, hal tersebut ternyata cuma angan-angan. Beberapa ratus meter pertama merupakan jalur tangga kayu.

Fisik saya pun sempat ngedrop karena penyakit altitude sickness atau mountain sickness. Ini merupakan penyakit di ketinggian yang sering terjadi pada para pendaki yang berada di ketinggian lebih dari 2500 mdpl. Gejalanya pusing, mual dan pandangan berkunang-kunang. Saya pun segera berhenti mendaki dan beristirahat. Minum air putih adalah pertolongan pertama, namun jangan banyak-banyak ya.

Sebenarnya saya hampir tidak pernah kena penyakit gunung ini kalau sedang mendaki. Namun berhubung saya mendaki tanpa persiapan fisik sama sekali, jadi saya pikir ya wajarlah saya kena penyakit gunung satu ini. *makanya lain kali kalau mau naik gunung olahraga dulu ya minimal seminggu sebelumnya untuk pemanasan*

Setelah beristirahat, saya pun mulai mendaki kembali tangga-tangga itu secara perlahan-lahan. Berusaha membiasakan diri dengan udara dingin dan perbedaan tekanan di ketinggian. Sekitar 30 menit kemudian, rasa pusing dan mual pun hilang dan saya sudah bisa mempercepat langkah saya.

Beberapa saat mendaki tangga-tangga itu, track berubah menjadi area bebatuan. Saigul mengingatkan saya untuk berhati-hati berpijak disini karena jalur cukup curam dan hanya ada tambang untuk berpegangan. Memasuki area ini saya sangat senang sekali karena tidak ada tangga lagi. Horeee..!!! Buat saya, lebih baik mendaki sambil merayap dengan menggunakan seutas tali seperti ini daripada harus naik tangga lagi.
Jalur bebatuan dengan seutas tambang
Setelah mendaki sambil berpegangan di seutas tali selama lebih dari 1 jam, Saya pun sampai di pos terakhir bernama Sayat-Sayat. Ini merupakan pos terakhir menuju puncak. Disini saya harus check in sekali lagi dengan menggunakan Nametag dan menandatangani form pendakian yang sudah tercantum nama saya dan kawan-kawan lainnya. Takjub, kok bisa nama lengkap saya dan kawan-kawan bisa ada di pos tertinggi ini. *Ohh.. pantesan pemerintah Malaysia selalu tahu jumlah pendaki secara detail setiap bulannya* *Salut sama sistem peralatan komunikasinya*
Pos terakhir menuju puncak
jalur pendakian dari Sayat-Sayat check point menuju puncak
Dari sini jalur sudah agak landai namun masih sedikit menanjak. Jalur tetap merupakan bebatuan keras sehingga kita harus tetap hati-hati melangkah karena track bisa cukup licin karena embun. *Untung pakai sepatu gunung*

Sekitar 1 jam kemudian, sekitar pukul 6 pagi lewat 5 menit, sampailah saya di puncak Low’s, puncak tertinggi di gunung Kinabalu. Yeaayy.. perjuangan berjalan, mendaki, dan merayap sambil tertatih-tatih terbayar sudah ketika berada disini. Secara yang naik ke puncak bukan cuma saya, dan puncaknya cuma area sebesar 3x5 meter *Kalau tidak salah hitung ya*, maka acara foto-foto di puncak harus antri.

Di sekitar saya ada sekitar 7 orang, padahal puncak cuma bisa dipijaki sekitar 4-5 orang saja, jadinya kita bergantian minta foto sama pendaki yang ada di belakang. Sudah begitu, udara di puncak itu dingin sekali plus angin juga bertiup cukup kencang. Alhasil, saat ada yang meminta saya untuk memotret mereka, jari-jari tangan saya kebas, mati rasa, sehingga sulit digerakkan untuk menekan tombol shutter. Hahaha.. lucu deh.. Untungnya setelah digerakkan beberapa kali, saya bisa merasakan kembali jari saya.
mendaki-gunung-kinabalu-sabah-malaysia
Welcome to the highest peak
of Mt. Kinabalu
Saya pun cuma sempat memotret sebanyak 5 frame di puncak dengan 2 frame foto narsis saya di puncak. Sesudah itu saya segera turun. Dingin banget, sampai-sampai saat saya menyentuh hidung dan pipi tidak ada rasanya, mati rasa.
Senyum garing setelah dari puncak
karena setengah wajah sedikit matirasa karena kedinginan
guide, Saigul and Alex
Setelah turun dari puncak
Pas turun saya bertemu kembali dengan Ciara, David dan Alex. Asal tahu saja ya, 3 orang kawan baru saya ini jalannya cepat banget, saya selalu tertinggal di belakang bisa sampai 1 jam lebih. Setelah foto-foto sejenak, kita pun turun bersama menuju basecamp Laban Rata. Sekitar jam 9 pagi kita pun sampai di basecamp Laban Rata. Setelah itu saya lansung ke kamar, berbenah dan packing semua barang karena kita harus segera turun.

Setelah packing semua barang, saya dan kawan-kawan berkumpul kembali di ruang makan dan membahas jalur turun. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya saat persiapan mendaki gunung Kinabalu, kita merencanakan akan turun melalui jalur Mesilau. Namun berhubung David mengalami sakit kepala karena mountain sickness dan saya sendiri cedera di bagian lutut kiri, maka kita putuskan akan turun melewati jalur Timpohon lagi karena ini merupakan jalur pendakian terpendek.
Siap-siap mau turun
Pic by Alex Wong
Akhirnya kita pun beranjak turun dari basecamp menuju Timpohon pada pukul 11.00 waktu setempat. Sialnya, pas perjalanan turun, sekitar 1 jam dari basecamp, lutut kanan saya cedera. Akibatnya perjalanan turun yang seharusnya lebih cepat, malah jadi lebih lama. Bayangkan saya, saya naik dari Timpohon ke puncak butuh waktu 6 jam, tapi untuk turun saya butuh waktu 7 jam. Hadoohh.. Capek banget.. padahal tenaga sih masih banyak, tapi kedua lutut sama sekali tidak mau diajak kompromi. Akibatnya, di jalanan landai saja saya bisa tiba-tiba jatuh. Hahahaha.. Koplak deh..
Saking lengkapnya akomodasi di Gn Kinabalu,
Porter barang pun membawa pintu ke Laban Rata
untuk membuat penginapan baru
atau mengganti pintu yang telah rusak
Sekitar pukul 04.30 waktu setempat, saya sampai di gerbang masuk Timpohon. Beruntung kemarin saya membayar biaya transportasi dari pintu masuk Timpohon menuju kantor pendakian, jadi saya bisa istirahat sedikit lah. Sesampainya di kantor pendakian, saya pun diberikan sertifikat oleh Saigul sebagai cinderamata (bayar lagi 10 RM, tapi kalau tidak mau sertifikatnya sih tidak perlu bayar). Setelah itu, dengan kupon  makan terakhir saya pun makan siang di Balsam restoran.

Hmm.. Pengalaman yang cukup menyenangkan saat mendaki gunung Kinabalu yang menurut saya, punya akomodasi terlalu lengkap. Kurang seru rasanya kalau naik gunung tanpa tidur di tenda. Tapi seru juga melihat akomodasi super lengkap di tengah hutan seperti itu. :)

Untuk yang ingin tahu biaya mendaki ke gunung Kinabalu.. silakan klik DISINI (EKW)

Comments

  1. Salam ..
    Mba. Kalau boleh tau..menghabiskan biaya berapa ya Mba ke gunung kinabalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk hiking ke Kinabalu saya menghabiskan 630 RM (hanya akomodasia selama di gunung Kinabalu. belum termasuk transport KK-Ranau dan transport KK-Jakarta

      Untuk lebih lengkapnya silakan dibaca di:
      http://muslimtravelergirl.blogspot.com/2012/12/persiapan-hiking-ke-gunung-kinabalu.html?showComment=1361334704446#c3518004905526690520

      terima kasih

      Delete
  2. Manteeeb dan seru ceritanya, boleh tau mba total habis biaya semua nya, mulai dari jakarta, mklum msh pemula mba buat pergi2 jauh,.. hehee..

    ReplyDelete
    Replies
    1. waktu kesana saya bawa uang sekitar 3jt, belum termasuk tiket pesawat dan hotel. Kebetulan di Kinabalu saya punya teman sehingga saya tidak perlu bayar penginapan/hotel.

      tiket pesawat ke Kinabalu termurah saat ini 600rb, itu dari AirAsia.

      Delete
  3. salam kenal ...

    keren banget cerita perjalanannya , saya tertarik juga pengen ke sini ... ada info gak penginapan murah utk di kota kinibalunya ? ...

    atau barangkali ada rekan di kinibalu sana yg bisa saya kontak ... trims ya ,

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo.. salam kenal juga..

      kalau penginapan saya tidak tahu, karena saya menginap di tempat teman..
      mungkin anda bisa mencari penginapan murah lewat situs http://www.hostelbookers.com/results/loc/dd/dst/3259/arr/2013-05-01/ngt/2/ppl/1/#/hos=true/hot=true/apt=true/cam=true/gue=true
      atau
      http://www.hostelworld.com/findabed.php/ChosenCity.Kota-Kinabalu/ChosenCountry.Malaysia?ShowAll=1

      terima kasih

      Delete
  4. Replies
    1. gak perlu..

      cukup bawa baju ganti, senter, jaket sama uang yang banyak!!
      klo hobi foto2 ya sama kemera lahh.. hehehe..

      Delete
  5. saya mau ke kinabalu juga awal tahun 2014 depan :D semoga cuti dapet dah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ijin mendaki di kinabalu ada 2, ada yang 2 hari 1 malam dan yang 3 hari 2 malam. klo cuti sih 5 hari kerja cukup lah.. apalagi klo cuma niat hiking ke gunung ini, weekend juga bisa kok..

      Semoga cutinya dikabulkan sama HRD ya.. :D

      Delete
  6. Mbak perasaan Gunung tertinggi di Asia Tenggara itu Pegunungan Jayawijaya dengan puncaknya cartens piramids... Itu ada di Indonesia, Papua :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seharusnya sih begitu..

      sayangnya Papua adalah propinsi terakhir yang bergabung dengan Indonesia pada tgl 1 Mei 1963. Sejak dulu Papua tidak dikategorikan masuk benua Asia karena Papua Indonesia di mata orang eropa dan amerika sama dengan Papua Nugini dan masuk wilayah negara Oceania yang bersatu dibawah benua Australia.

      Makanya hingga saat ini puncak Cartenz lebih dikenal dunia sebagai puncak tertinggi di benua Australia/Oceania (atau kadang disebut Australasia), bukan Asia Tenggara. Apalagi nama Cartenz diambil dari penjelajahnya yang notabene orang Eropa (Belanda) pd thn 1263.

      Begitu ceritanya..

      Delete
    2. Bener Bnget itu Cartenz puncak tertinggi oceania krn Cartenz masuk seven summit . Asia tenggara sih bnyak termasuk Mt.kerinci keberadaan Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Selain itu keberadaan Danau Kerinci yang merupakan terbesar kedua setelah Danau Toba di Sumatera Utara.

      Delete
  7. menakjubkan, itu kinabalu bentuknya beda banget sama gunung-gunung di Indonesia ya mbak...

    penuh bebatuan terjal jg ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mungkin kalau disamakan mirip dengan gunung Ciremai kali ya.. tapi lebih luas berkali-kali lipat areal bebatuannya..

      Delete
  8. cerita (sama posting persiapannya) yg informatif sekali :)
    salam

    ReplyDelete
  9. Salam kenal ya mba Endah.., mba saya mau tanya dong untuk menginap di Laban Rata itu harus booking melalui web SSL ya? soalnya saya mau coba booking dan pilih tanggal, tapi minimum harus 2 malam, dan biayanya +/- MYR 1700 an.

    Kalo dulu waktu mba pergi ke sana, gimana ya booking pertama kali nya.. hehehehe.. *Butuh pencerahan*

    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga mas Hendy..

      waktu itu saya booking lewat info@suterasanctuarylodges.com.my
      booking paket pendakian 2 hari 1 malam itu sudah termasuk penginapan di laban rata. harga paketnya 555 MYR (sept 2011)

      Tapi beberapa bulan lalu dapat info dari salah satu pembaca blog saya kalau paket pendakian 2 hari 1 malam sudah ditiadakan, adanya yang 3 hari 2 malam seharga MYR 1100 (klo tidak salah ingat ya)

      Semoga membantu :)

      Delete
  10. Replies
    1. Terima kasih banyak sudah mampir, membaca dan meninggalkan jejak.
      salam kenal!

      Delete
  11. Wuoo.. keren banget kak :D wajib kunjungin ini tempat.. jhhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa. gunung kinabalu keren kok..
      saya juga pengen kesana lagi..

      Delete
  12. Maaf mba gunung tertinggi di asia tenggara bukannya hkakabo razi ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas, terima kasih banyak atas koreksinya. ;)
      artikel sudah saya update..

      Delete
  13. haha saya sampa baca bolak balik sambil membayangkan. skrng sudah agak terbayang. tapii... membayangkan di ketinggian 3000 ada penginapan lengkap.. woowww... ga ada petualangan nya ya... tapi. penasaran juga. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa. syukurlah kalau sudah ada bayangan..
      mudah2an selama disana lancar selalu ya mbak :)

      Delete
  14. haha saya sampa baca bolak balik sambil membayangkan. skrng sudah agak terbayang. tapii... membayangkan di ketinggian 3000 ada penginapan lengkap.. woowww... ga ada petualangan nya ya... tapi. penasaran juga. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. yahh begitulah kinabalu..
      so far, pendakian termewah yang pernah saya jalani.

      Delete

Post a Comment