Monday, April 9, 2018

SAATNYA PULANG DAN JELAJAHI KOTA MINYAK

Punya latar belakang keluarga yang berasal dari beberapa suku di Indonesia plus biasa berpindah-pindah ke beberapa kota, bikin saya (kalau kata teman-teman) punya banyak kampung halaman. Padahal saya lahir di Pati, Jawa Tengah dan besar di kota Sorong, Papua Barat. Jadi ya 2 kota itulah kampung halaman saya yang sebenarnya.

Baca juga : Random Face
Selamat datang di kota Minyak
Pictures by www.setkab.go.id
Sejak tinggal di Jakarta untuk kuliah dan kerja, saya hanya bisa pulang 2 tahun sekali. You know lah harga tiket pesawat Jakarta – Sorong awal tahun 2000an itu selangit banget. Bahkan kayaknya lebih murah tiket pesawat Jakarta – Bangkok deh daripada Jakarta – Sorong. *Disitu saya merasa sedih*. Ada penerbangan ke Sorong pun rata-rata butuh transit di kota Makassar, Sulawesi Selatan selama minimal 3 jam. Ahh pokoknya butuh perjuangan berat untuk bisa pulang ke Sorong.

Mulai deh hunting tiket di Skyscanner. Kenapa suka pakai Skyscanner? Karena Skyscanner punya fitur Price Alert  yang memudahkan saya untuk memantau harga murah tiket pesawat manapun yang saya inginkan. Kali ini saya mengincar tiket pesawat Garuda Indonesia ke Sorong. Jadi, setiap ada perubahan harga tiket pesawat, saya akan menerima notifikasi secara realtime pada tanggal dan destinasi lainnya yang saya inginkan. Tidak perlu booking fees, hidden charges ataupun biaya tambahan lainnya. Kita bisa mendapatkan best deal harga tiket pesawat Garuda setiap saat.
Ternyata, pucuk dicinta ulam tiba. Pesawat Garuda Indonesia baru saja membuka rute langsung Jakarta – Sorong pada tanggal 10 Maret lalu. Alhamdulillah. Penerbangan jauh ke Indonesia timur bisa dinikmati dengan nyaman dengan Garuda Indonesia. Langsung pesan lewat aplikasi Skyscanner.

Terakhir pulang tahun 2008, tentu saja banyak perubahan yang terjadi di kota kesayangan saya ini. Lalu perubahan apa saja yang menunggu saya di kota yang punya julukan kota Minyak atau Kota Bersama ini??

Megahnya Bandara Domine Eduard Osok

Jaman saya masih SD, awal tahun 90an, bandara Sorong berada di pulau Jeffman yang butuh 3 jam naik feri atau 1 jam naik speedboat buat menuju kesana. Tempat dimana sekarang berdiri Bandara Domine Eduard Osok itu hanya lah landasan pacu berumput yang lebih sering dipakai buat piknik warga sekitar dan tempat menggembalakan kambing dan babi daripada buat landing pesawat. Akhirnya Bandara DEO pun dibangun dan mulai bisa digunakan sekitar tahun 2005. 

Tahun 2008 saya pulang, bandara ini masih bandara kecil yang cuma punya satu pintu masuk dan keluar plus satu pintu lainnya menuju landasan pesawat.  Tempat untuk mengambil bagasi pun cuma sebuah bolongan di tembok dimana koper diambil satu persatu secara manual oleh setiap orang. Check in dan boarding pass? Manual juga, ditulis pakai pulpen saudara-saudara.
Bandara DEO Sorong
Picture by Kementerian Perhubungan RI
Bulan Mei 2016, menteri perhubungan yang lama, Ignatius Jonan meresmikan bandara DEO yang megah yang punya 2 lantai dan garbarata!! WOW! 15 tahun saya tinggal di Papua (1983 – 1998) saya belum pernah lihat garbarata di bandara-bandara Papua euy. Makanya kalau pulang ke Sorong sudah pasti saya mau keliling bandara DEO cuma buat foto-foto saja deh.

Sunset di Tembok Berlin
Bukan! Ini bukan tembok berlin di Jerman sana. Ini tembok yang membatasi wilayah pantai dan jalan raya kota Sorong. Soalnya tanpa tembok ini, air laut saat pasang bisa menggenangi jalan. Saya tidak ingat kapan persisnya tembok ini dibangun. Namun saat saya mulai bersekolah di SMP Negeri 1 Sorong (tahun 1995) yang berjarak hanya 100 meteran dari pantai, tembok ini sudah ada.

Dulu, kelas 1 merupakan kelas siang. Jadwal sekolah mulai pukul 13.00 hingga 17.00.  Setiap pulang sekolah, saya dan teman-teman pasti bermain dan menghabiskan waktu di sekitar Tembok Berlin. Entah main sepakbola di pasir pantainya, berenang atau sekedar nongkrong di tembok ini sampai matahari terbenam. Jadi ceritanya mau nostalgia gitu deh sambil menikmati pisang epe dan secangkir kopi susu panas di Tembok Berlin sambil menatap sunset dan siluet pulau Buaya di kejauhan.

Oh ya, Beberapa waktu lalu seorang teman memberi kabar bahwa dia pernah dinas ke kota Sorong dan pantai Tembok Berlin ini tidak sesuai omongan saya dulu yang berpasir putih dan bersih. “Sekarang sudah ramai dengan penjual makanan dan sampah dimana-mana, ndah. Pantainya jadi kotor dan bau”. Ahh sedih deh dengarnya. Hiks. Hiks. Hiks. Bikin project bersih-bersih pantai kota Sorong kayaknya bagus nih. Demi kembali indahnya kota kesayangan saya ini.

Menikmati Alam Raja Ampat

Saya teringat saat bertemu dengan seorang teman kampus di awal tahun 2010-an, dia langsung bertanya : “Endah, kamu dulu tinggal di Sorong kan? Pernah ke Raja Ampat? Emang bagus banget ya? Mahal gak sih?!” dan saya cuma bisa bengong sambil balik nanya : “Raja Ampat? Sebelah mananya Sorong tuh?”. Alhasil saya diketawain deh. Iyaa. 15 tahun saya tinggal di Sorong saya tidak pernah kemana-mana. Saya cuma pernah mengunjungi pulau Doom yang jaraknya hanya 20 menit naik speedboat. Raja Ampat yang butuh waktu 3 jam lebih bahkan butuh jutaan rupiah itu mana pernah. Pulau terjauh yang saya datangi ya pulau Jeffman itu karena dulu di situlah bandara Sorong berada.

Oh ya. Waktu itu saya memang tidak tahu nama Raja Ampat, namun saat teman saya menyebutkan beberapa nama pulau seperti Waisai, Misool dan Waigeo barulah saya tahu. Karena dari dulu di Sorong penduduknya biasa langsung menyebut nama masing-masing pulau, bukan nama wilayah atau kabupatennya. Makanya saya tidak familiar dengan nama Raja Ampat. Kalau Kali Ampat saya tahu sih. Itu nama sungai di tengah hutan kabupaten Sorong. Hehehe.
Raja Ampat
Picture by Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Kementerian Pariwisata RI
Makanya, kali ini pulang harus banget ke Raja Ampat demi menikmati alamnya yang cantik. Biar tidak diledekin lagi sama tema-teman yang sering bilang “Masa orang Sorong tidak pernah ke Raja Ampat sih?!” Huh! (EKW)


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan  Skyscanner#JelajahNusantaraSkyscanner

26 comments:

  1. Tahun 95 udah SMP? Wah saya masih belum disunat itu, Kak. :p
    Iya sering banget ditanya pernah ke tempat xxx, kita jawab belum pernah tapi pas ditunjukin, ooh itu sih udah. Ternyata beda cara penyebutan.
    Yang lebih sering lagi nama makanan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iyaa.. tiap daerah atau tempat punya nama lokalnya sendiri. Makanya saya suka ngobrol sama penduduk setempat biar tahu cerita dan nama asli tempat tersebut.

      nahh makanan memang sering tuh, betuknya sama tapi beda-beda aja namanya. hehehe

      Delete
  2. Wah kalo Backpacker ke Sorong boleh kita numpang nginap
    Hihihihi

    Jadi mba pulang kampung sama dengan liburan .... Sorong lagi tempat yang jjaaauuuhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. numpang nginap?? wani piroo!! hehehehe..

      tp biasanya sy pulang kampung cuma main-main saja kok di rumah dan sekitarnya. jarang explore tempat lain euy..

      Delete
  3. asikk jalan2 ke papua. Pengen euyy.. tapi budgetnya berapa y kalo dari Palembang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ke papua paling mudah harus lewat Jakarta, Surabaya dan Makassar. tinggal di kalkulasi aja total biayanya. Liat skyscanner juga bisa kok, bisa angsung liat multi flight dr palembang menuju ke papua..

      Delete
  4. Aku malah penasaran sama tembok berlinnya mbak. Kok nggak ada fotonyaa,,,, sengaja ya biar nambahin penasaran?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe.. iyaa..
      nanti saya update fotonya kalau nemu foto yang bagus ya..

      Delete
  5. Sorong ternyata mendpat julukan kota minyak. Ada juga tembok berlin ala sorong

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa. makanya kalau dulu saya bilang dari sorong, beberapa teman mengira orangtua saya kerja di kilang minyak. hehehe

      Delete
  6. Yang kutau kota minyak itu Balikpapan, wah Sorong juga ya :D, btw jangankan ke Sorong dari Jakarta ke Ambon aja harganya selangit huuhuhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. Sorong merupakan kota kilang minyak terbesar di Papua saat itu.

      iya mbak, Indonesia timur memang harganya suka bikin isi dompet jadi sedih euy.. hehehe

      Delete
  7. Replies
    1. iyaa. meskipun sampai di rumah saya lebih banyak molornya daripada kelayapan. hehehe

      Delete
  8. Dengan adanya Skyscanner membantu banget ya.
    Sorong namanya tempat yang nggak asing, namun belum pernah kesana, penasaran akan wisata disana..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa skyscanner membantu banget buat ngecek harga.
      yukss mas sekali-kali main ke sorong, seru lhoo

      Delete
  9. Tempo hari aku ke Sorong harus transit dulu di Makasar. Padahal udah ada rute langsung tapi masih mahal bangettt... pengen lagi deh ke Sorong.. hihiy...

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak juga sih, mungkin ada beberapa tanggal dimana penerbangan langsung bisa murah. jadi mesti rajin2 ngecek harga deh.
      yuks lah mbak, main ke sorong lagi.

      Delete
  10. Semoga terwujud berkunjung ke Raja Ampat tahun ini

    ReplyDelete
  11. Mbak, kampung halaman dirimu yang kedua itu, impian banget bagiku untuk didatangi. Wish me luck ya Mbak..Semoga suatu saat sampai di sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. yukss mba evi.. main-main ke kampung halamanku...
      asyik banget lhoo
      semoga bisa secepatnya juga main kesana

      Delete
  12. Sorong indah. Aku belum pernah ke Indonesia bagian timur. Paling mentok sampai Bali saja. Btw, temanku membuat buku ttg Sorong sbg kenang2an pernah kerja disana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sorong memang indah sekali. yuks mbak traveling ke Indonesia timur.. keren-keren banget lho..
      btw,buku temannya judulnya apa mbak? ada di toko buku kah??

      Delete
  13. Next trip sepertinya ke sini. Raja Ampat yang 'mahal' itjuuuh :'(

    ReplyDelete

Popular Posts