Mendengar ada bangunan bersejarah di Bukittinggi berupa benteng, saya langsung antusias. Apalagi supir sempat bilang kita sudah melewati wilayah benteng itu beberapa kali dalam sehari bikin saya tambah penasaran. "Letaknya diatas bukit itu tuh, ketutupan sama pepohonan" jelas pak sopir saat kami melewatinya untuk kesekian kalinya hari itu. *mana.. mana.. mana bentengnya* *kemal = kepo maksimal*.
"Ngapain kesana? emang harus ada gambar benteng?" tanya team leader saat saya bilang mau kesana. "Iya, kan butuh gambar icon kota. Bukittinggi selain J
am Gadang, benteng itu termasuk dalam icon kota ini kan?!" nyari-nyari alasan sambil melemparkan senyuman penuh arti ke sopir dan disambut dengan anggukan. "Ohh.. yaudah, kamu sama fotografer kesana, saya dan penulis ketemu kepala dinas kebersihan kota dulu ya, nanti kita nyusul kesana" Yes! Kita ke benteng *sorak-sorai bergembira*
Sekilas sejarah tentang benteng yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari
Jam Gadang ini. Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang
berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada
masa Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der
Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini
terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock.
|
gerbang masuk benteng Fort De Kock |
|
Kawasan taman di sekitar benteng yang teduh dan bersih |
|
Meriam Kuno dari abad ke 19 |
|
Bangunan yang saya pikir menara pengamat |
Benteng yang terletak di atas Bukit
Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran
rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun
1821-1837 yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke
19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota
yang juga bernama Fort de Kock, yang kini disebut sebagai Bukittinggi.
|
Bangunan yang terletak di atas bukit |
Sampai di pintu masuk, secarik karcis seharga Rp.10.000 pun membawa saya memasuki areal benteng ini. Banyaknya pepohonan rindang ini dan beberapa sangkar burung membuat rasa excited saya semakin besar. Sambil tetap memotret dan membuat video, saya dan rekan fotografer pun berkeliling sambil celingak celinguk mencari benteng. Bayangan kita mah yang namanya benteng itu besar, kokoh dan biasanya merupakan bangunan tua. Jadi, bentengnya yang mana ya?! *celingak-celinguk gak jelas*
Akhirnya saya pun memutuskan untuk bertanya, kebetulan ada petugas kebersihan di sekitar sebuah bangunan menara. "Mbak, permisi mau nanya, benteng yang mana ya?!" tanya saya. "Lhaa.. yang ini mbak, bentengnya" *sambil nunjuk bangunan yang awalnya saya pikir menara itu* Dan saya pun cuma berucap Ohhh.. sambil nyengir.
|
ini lho bentengFort De Kock nya |
Sepertinya karena benteng ini sudah beberapa kali menjadi pusat peperangan antara Belanda dan masyarakat Sumatera Barat, hanya tersisa sebagian kecil bentuk bangunannya. Lagipula, bangunan dan taman sekitarnya sudah beberapa kali dipugar dan direnovasi oleh pemerintah daerahnya. Namun, Rasanya agak zonk aja melihat bentuk bangunan benteng yang jauh dari harapan. Namun, saksi sejarah perang Paderi Tuanku Imam Bonjol ini sangat layak dikunjungi karena tidak hanya menyajikan sejarah masa lalu, namun juga keindahan dan asrinya kota Bukittinggi yang ramah. (EKW)
Kalo mau lihat benteng yang masih berbentuk benteng pergilah ke Benteng Fort Van Der Capellen di Batusangkar
ReplyDeleteiyaa.. baru tau ada benteng juga di batusangkar tapi kemarin blm sempat kesana
Deletekapan-kapan lah gw main ke sumbar lagi..
guide-in gw yee..
hehehehe..
Gw baru tau di bukit tinggi ada benteng, gw pikir ngaraisianok doang hahaha
ReplyDeleteahhh ngomongin ngarai sianok..
DeleteKemarin pas kesana lagi pas berasap, jadi gak keliatan ngarai sianoknya..
*mewek*
wah aku kelewatan gak kesini waktu ke bukittinggi
ReplyDeletesaya juga kalau tidak dikasih tau sopir juga mungkin bakal kelewatan tuh..
Deletehehehehe..