Wednesday, June 24, 2015

NGERI-NGERI SEDAP MENDAKI GUNUNG BATU


Ajakan ke gunung Batu di daerah Jonggol ini sebenarnya datang hampir seminggu sebelumnya. Namun berhubung cara menuju kesana dengan touring menggunakan motor dan hingga h-1 tidak ada motor yang bisa ditebengin, saya sih sudah membuang jauh-jauh niat kesana, meski penasaran.

Namun, namanya rejeki mau traveling mah emang tidak akan kemana deh, jam 5 pagi, usai sholat subuh, sebuah pesan whatsapp muncul menawarkan apakah masih niat ikut ke gunung Batu dari seorang teman, Mas Adhie karena tebengannya batal ikut. Tentu saja jawabannya IYA! *loncat-loncat kegirangan* Janjian jam 8 pagi di daerah Tebet, meluncurlah 3 motor dan 6 orang menuju ke kawasan Jonggol, Jawa Barat.

3 jam berkendara melewati jalan-jalan, perumahan, pedesaan hingga persawahan, sampailah juga di kampung Gunung Batu 1, desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, Bogor yang terletak persis di bawah Gunung Batu. Awalnya pas mendengar kata Gunung Batu, saya pikir cuma namanya saja begitu, ternyata gunung ini beneran terbuat dari batu, bahkan lebih mirip tebing daripada gunung. Saya sampai bingung bagaimana cara sampai di puncaknya, mendaki lewat mana? Manjat? Kagak bawa peralatan manjat!
Ternyata cara mencapai puncak gunung batu ini mesti berjalan memutar ke arah samping Gunung Batu tersebut, melewati kebun penduduk dan padang rumput. Hmm baiklah! Mari mendaki! Perjalanan awal cukup santai karena jalanan rata dan hanya sedikit menanjak di sekitar padang rumput. Namun setelah melewati semak-semak, ternyata tanjakan mulai terlihat curam. Tanjakan curam?! Ah biasa aja sih menurut saya sih, namun yang bikin saya sempat menyurutkan langkah untuk maju adalah kanan kiri jalan yang benar-benar jurang puluhan meter. 
Puncak gunung Batu dengan kanan-kiri jurang 
Ahh.. rasa ngeri yang menggelitik di dada sempat membuat saya berhenti melangkah beberapa saat hanya untuk menenangkan hati yang bergemuruh ketakutan. Ngeri-ngeri sedap ini mah jalurnya. Kepleset dikit mah wassalam ini judulnya. *duduk diam di bebatuan sambil mikir ngapain sih saya ke tempat berbahaya seperti ini?!* Whosaaah.. inhale.. exhale.. Pikiran untuk bisa berdiri di puncak pun saya buang jauh-jauh. Soalnya, pas memanjat menara di pulau Maitem yang ada pagar pengamannya saja saya sempat ketakutan, apalagi ini yang tidak ada pengaman sama sekali.

3 orang teman saya sudah berada di depan terlebih dahulu. Mereka masih menyemangati saya dan teman saya yang juga ngeri-ngeri sedap gimana gitu berada di jalur ini. Hasilnya, tiap 5 langkah saya mesti berhenti untuk menenangkan diri agar tidak berjalan gegabah di jalur curam ini. Alhamdulillah, pelan tapi pasti, sekitar 1 jam kemudian ternyata saya berhasil sampai di puncak dengan ketinggian 875 mdpl ini. Selama di puncak saya juga lebih banyak duduk karena terus terang, saya masih ketakutan. Terus jadi kepikiran deh nanti turunnya bagaimana? Secara sebelumnya saya dan teman-teman tidak mengetahui info tentang jalurnya, saat itu kita berpikir jalurnya akan sama dengan jalur gunung Munara di Bogor, Jadi kita sama sekali tidak bawa tali atau webbing.
Menikmati pemandangan dari puncak gunung Batu meski sedikit takut

Pemandangan dari puncak Gunung Batu ini memang luarbiasa indah. Saya memilih untuk menikmati sambil duduk santai sajalah. Setelah foto-foto sejenak, melihat awan mendung yang sudah tampak di kejauhan, kami memutuskan untuk segera turun, mengingat jalur curam saat kering saja sudah cukup berbahaya, apalagi saat turun hujan nanti.

Dan seperti yang sudah saya duga, turun memang lebih lama daripada saat naik. Saya yang memang sedari tadi agak ngeri pas naik jadi lebih extra hati-hati saat turun. Bahkan di beberapa kesempatan saya lebih memilih turun dengan cara ngesot perlahan-lahan. Tidak masalah celana kotor, besok masih bisa dicuci lah..
Akhirnya 1,5 jam kemudian kita bisa sampai di bawah dengan selamat dan sehat sentosa. Alhamdulillah. (EKW)

Note:
Beberapa bulan setelah saya mengunjungi Gunung Batu ini, ada berita yang menyebutkan seorang pendaki yang meninggal karena terjatuh saat mendaki. Sekali lagi, sebelum mendaki pastikan membawa peralatan seperti tali atau webbing. Jika anda tipikal orang yang takut ketinggian, sebaiknya tidak usah naik deh, percayalah, dengan jalur curam dan kanan-kiri jurang, proses turun akan 3 kali lipat lebih susah daripada saat mendaki/memanjat. 

6 comments:

  1. Iyaap mbak Endah, kabarnya emang ngeri githu, licin juga. Dan katanya sekarang juga udah ada cem nisan githu yang dipasang karena ada yang meninggal itu.

    Saya waktu itu sudah sampe warung dikakinya itu, tapi ga jadi nanjak. Hujan dueres binggow.. Pulang deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa mas Agung.. Gunung ini masuk kategori tanjakan extrem. sebenarnya tidak dianjurkan untuk pemula sih..
      dan memang lebih aman kalau mendakinya saat cuaca cerah daripada saat hujan. Bahaya!

      Delete
  2. Replies
    1. fotonya sudah saya upload beberapa ya.. semoga gak penasaran lagi.

      Delete

Popular Posts