Sunday, September 2, 2012

DIENG CULTURE FESTIVAL 2012: ACARA TOLAK BALA BAGI ANAK RAMBUT GIMBAL

Pagi hari di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarngera, Jawa Tengah.

Jam 8 pagi waktu setempat saya sudah berbenah dan menyiapkan semua peralatan hunting *maksudnya kamera dan kawan-kawannya yaa..*. Saya pun segera menuju ke kawasan candi Arjuna. Disini akan digelar acara Dieng Culture Festival 2012.


Acara Dieng Culture Festival itu apa ya??
Begini ya, saudara-saudara.. Di Dieng itu ada sebuah fenomena unik yaitu anak-anak yang memiliki rambut gimbal. Rambut gimbal ini asli lho, bukan buatan macam para penggemar musik reggae. Sebenarnya saat lahir, anak-anak ini memiliki rambut yang normal, tidak ada gimbal sama sekali. Namun pada suatu waktu, biasanya didahului dengan sakit seperti demam tinggi, rambut gimbal pun muncul di kepala anak tersebut. 


Salah satu anak berambut gimbal bernama Intan
yang selalu melambaikan tangannya kearah penonton
Namun pilinan atau jalinan rambut ala penyanyi reggae ini tidak serta merta bisa dipotong sembarangan. Rambut gimbal akan tetap tumbuh meski dipotong berulang kali. Bahkan katanya beberapa diantaranya juga bisa menyebabkan anak tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Hiihh.. Seram yaa..

Asal-usul rambut gimbal di Dieng ini masih misterius hingga saat ini. Rambut gimbal ini bukan turunan lho..  Bahkan menurut beberapa artikel yang saya baca sih katanya penelitian ilmiah juga belum mampu menjelaskan fenomena unik ini. 

Untuk memotong rambut ini dibutuhkan sebuah upacara dan perayaan khusus yang namanya Ruwatan. Ruwatan ini harus dilaksanakan atas dasar keinginan anak berambut gimbal tersebut, bukan orangtuanya yaa.. Selain itu orangtua harus memenuhi permintaan dan keinginan anak tersebut sebelum pemotongan rambut gimbal dilaksanakan. Ini dilakukan untuk tolak bala atau menghindari bencana yang mungkin akan terjadi di masa depan si anak. Itulah sebabnya prosesi Ruwatan ini selalu memakan biaya sangat besar.

Tempat anak berambut gimbal dimandikan
Arak-arakan (Kirab) baru saja memasuki
pelataran candi Arjuna
Naahh.. Dieng Culture Festival ini merupakan acara prosesi Ruwatan yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat. Hasil ngobrol-ngobrol dengan warga setempat sih katanya sebelum festival ini Pemda Banjarnegara sudah mencari anak rambut gimbal yang mau dipotong sejak beberapa bulan lalu. Hasilnya ada 6 orang anak yang mau memotong rambutnya dan semua biaya termasuk keinginan sang anak akan ditanggung oleh Pemda. Jadi deh Dieng Culture Festival ini.
Ratusan wartawan dan penonton yang menunggu
prosesi pemotongan  rambut gimbal di candi Arjuna
Sesajen untuk prosesi Ruwatan
Kata seorang Bapak yang saya temui di warung dekat candi Arjuna ke 6 orangtua itu beruntung ada Pemda yang mau membiayai prosesi Ruwatan anak gimbal, karena jika ada anak berambut gimbal meminta untuk dipotong rambutnya, maka biasanya orangtua akan kelabakan mencari biayanya karena selain harus memenuhi permintaan anak tersebut, orangtua juga harus mengundang orang banyak dan mengadakan perayaaan seperti selamatan untuk mendoakan keselamatan anak. "Upacaranya kan ada beberapa tahap, ada sesajennya, jadi biayanya mahal sekali" kata si bapak yang saya lupa namanya itu.. *maaf ya pak.* hehehe..
Prosesi pemotongan rambut gimbal di candi Arjuna
Acara puncak prosesi Ruwatan yang ditonton ribuan orang
Prosesi Ruwatan ini dimulai dari memandikan anak gimbal tersebut dengan air dari 7 mata air, kemudian anak gimbal diarak keliling desa, lalu sepanjang kirab (arak-arakan tersebut) dilempari dengan beras kuning dan uang koin, *kebayang apa rasanya kalau dahi kena timpuk uang koin, kan lumayan sakit woyy..*.

Selanjutnya rambut anak gimbal akan dipotong oleh pemuka adat di pelataran candi Arjuna, lalu terakhir rambut gimbal tersebut akan dihanyutkan (atau istilah di Dieng disebut sebagai Pelarungan) di sungai yang mengalir ke arah pantai selatan. Namun untuk edisi Ruwatan kali ini, rambut akan dilarung ke telaga Warna. Jadi sedikit mikir, telaga Warna kan danau, bagaimana caranya tuh rambut supaya bisa ke pantai selatan yaa??? Ada jalan bawah tanah kali yee..?? Hehehe..

Telaga Warna,
tempat pelarungan rambut anak gimbal
Mengenai permintaan sang anak gimbal?? Namanya juga anak-anak, permintaannya beragam sesuai keinginan yang melintas di kepalanya saat itu. Ada yang meminta 5 mangkok bakso dan 1 ayam jago, ada yang minta anting-anting, ada yang meminta 10 butir ayam dan 1 sepeda, ada yang meminta  2 permen milkita dan 2 dus minuman milkuat, ada yang meminta seekor kambing, dang yang terakhir minta uang jajan Rp.100,- dan Rp.1000,- a.k.a total uang jajan yang diminta adalah Rp.1.100,-..  Hahaha.. lucu-lucu ya permintaannya. 

Sayangnya saya hanya bisa mengikuti hingga ke prosesi pemotongang rambut gimbal di pelataran candi Arjuna. Saya tidak berkesempatan mengikuti prosesi pelarungan karena jam 2 siang saya harus sudah check out dan menuju ke Wonosobo untuk naik bis pulang ke Jakarta. Tidak apa-apa deh. Setidaknya saya sudah bisa mengikuti salah satu festival budaya yang unik ini.

Mie Ongklok

Sate Sapi
Sebagai penutup sebelum pulang ke Jakarta, saya berkesempatan mencicipi makanan khas kota Wonosobo yaitu Mie Ongklok. Makanan ini merupakan olahan mie rebus dengan kuah dari tepung kanji, yang kalau menurut saya rasa kuahnya mirip bumbu sate padang. Biasanya disajikan dengan sate sapi. Rasanya?? Menurut saya sih mie ini punya rasa yang unik. Kalau ditawarin lagi?? Saya pilih sate sapinya saja deh. Hehehe.. (EKW).

No comments:

Post a Comment

Popular Posts