KELILING KOTA PEKANBARU DENGAN TRANSPORTASI UMUM

Hari ini adalah hari terakhir saya di Pekanbaru. Meski 2 hari sebelumnya saya sudah berkeliling Pekanbaru di sore hari bersama dengan kawan baru, namun saya masih ingin berkeliling Pekanbaru dengan menggunakan transportasi umum. Rasanya belum lengkap jalan-jalan kalau belum menggunakan transportasi umum di suatu kota.

Setelah bangun dan berbenah, saya pun pamit kepada Ibu untuk berkeliling kota. Hari ini tujuan utama saya adalah museum Sang Nila Utama. Dari rumah di kawasan UNRI (Universitas Riau) saya menunggu angkutan umum seperti elf atau minibus. Dengan menggunakan bus inilah saya menuju ke Museum Sang Nila Utama di Jalan Jenderal Sudirman no. 194, Pekanbaru.
Museum Sang Nila Utama



Museum Sang Nila Utama ini didirikan pada tahun 1984/1985. Namun peresmiannya oleh pemerintah pusat baru dilakukan pada tanggal 9 Juli 1994 oleh Direktur Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Edi Sedyawati. Pada tahun 1999, kepengurusannya pun diberikan kepada pemerintah daerah Riau. 

Nama museum ini diambil dari nama raja Bintan yang berkuasa pada abad ke 13 masehi di pulau Bintan. Hmm..jadi kepikiran, kenapa harus pakai nama raja dari Bintan ya? Kenapa tidak pakai nama salah satu Sultan dari Siak saja?, secara Pekanbaru kan dulunya masuk dalam wilayah Kesultanan Siak Sri Indrapura.. *mikir.com*

Memasuki bagian dalam museum suasana cukup sepi pengunjung, yah.. seperti museum pada umumnya lah. Setelah mengisi buku tamu, saya pun berbelok ke kanan dan disinilah terpampang berbagai foto dari para Kepala Daerah atau Gubernur yang pernah memimpin Riau mulai dari periode pertama hingga saat ini. 

Di bagian belakang museum ini terdapat beberapa display yang berisi barang-barang kuno yang pernah ditemukan dan dipakai di wilayah Riau, mulai dari keramik, bebatuan, peralatan kristal,  senjata kuno, hingga beberapa uang kuno. 
Beberapa pajangan di lantai atas bagian belakang museum
Uang kuno dengan tokoh Gatot Kaca. 
Beberapa pajangan yang menarik perhatian saya adalah uang kuno dari masa penjajahan Jepang yang menggunakan gambar Gatotkaca dan kereta angin. Keren!! Eh iya, kereta angin itu sebenarnya sepeda onthel dalam dalam bahasa melayu ya. Kalau melihat keterangan yang tergantung di sepeda ini yang berisi puisi atau sajak dari Soeman Hs, sepertinya ini adalah sepeda miliknya. 

Siapa itu Soeman Hs? Soeman Hasibuan (1904-1999) adalah tokoh pendidikan dan sastra ternama dari Riau. Karena dialah, Provinsi Riau punya SMA negeri pertama pada tahun 1954 dan mendirikan universitas pertama di Riau yang bernama Universitas Islam Riau (UIR) pada tahun 1961. Bagaimana dengan Universitas Negeri Riau (UNRI)?? UNRI dibangun oleh pemerintah Riau tepat seminggu setelah UIR berdiri. Riwayat hidup Soeman Hs bisa dibaca di situs Melayu Online. 
Soeman Hs
Courtesy: Melayu Online
Beberapa karya ternama dari Soeman Hs adalah Kasih Tak Terlarai dan Mencari Pencuri Anak Perawan yang merupakan reaksi ketidaksukaannya terhadap adat melayu tempo dulu yang dianggapnya masih "merendahkan" keberadaan wanita. Hmm.. jadi ingin baca bukunya deh.. *mari kita tanya mbah google*

Beranjak ke lantai bawah, terdapat beberapa display yang menggambarkan adat, budaya dan alam di provinsi Riau, mulai dari baju adat, permainan rakyat, hingga ke pajangan binatang awetan seperti harimau dan beruang madu. 

Beberapa permainan rakyat yang dipajang disini cukup terkenal seperti karet gelang, kelerang, engrang, layang-layang. 
Beberapa permainan rakyat di Riau
Di lantai ini juga terdapat miniatur rumah khas provinsi Riau, sampan atau perahu, dan candi Muara Takus. Secara beberapa hari sebelumnya saya sudah mengunjungi kawasan Candi Muara Takus, jadi saya cuma cengar-cengir sendirian melihat miniaturnya. Mission accomplished, man!! Hahaha.. 

Usai menengok museum daerah Riau, saya pun beranjak menuju Taman Budaya Provinsi Riau yang tepat berada di sebelah kiri museum Sang Nila Utama. Tadinya sih berharap ada sesuatu yang bisa dilihat, tapi ternyata taman ini sepi-sepi aja tuh.. Namun karena pepohonan dan banyak tanaman, saya pun duduk sejenak menikmati semilir angin yang sejuk. 

Berikutnya dengan menggunakan angkot warna biru, saya menuju ke pusat  kota, atau lebih tepatnya ke Perpustakaan Daerah Riau atau yang dikenal juga sebagai perpustakaan Soeman Hs. Rencananya sih cuma mau sekedar foto-foto saja sih karena perpustakaan ini punya arsitektur yang sangat bagus. Namun berhubung kota Pekanbaru panasnya sangat menyengat sekali, alhasil, nongkrong lah saya di cafe ber AC di dalam gedung perpustakaan selama 3 jam!!! Hahahaha.. 
Perpustakaan Soeman Hs
Sekitar pukul 3 sore barulah saya beranjak keluar dari gedung perpustakaan dan menuju halte bus TransPekanbaru terdekat. Yup! Pekanbaru punya jalur busway juga, saudara-saudara. jadi saya akan mencoba melihat kota Pekanbaru lewat bus TransPekanbaru. 
Bus Trans Metro Pekanbaru
Pertama kali masuk ke halte busway, saya agak bingung, tidak ada loket karcis. Namun karena saya lagi malas bertanya *lagi bodoh tingkat dewa* alhasil saya cuma duduk bengong di halte bus sambil melihat orang keluar masuk bus. Setelah mengamati lebih dari 3 bus, saya baru menyadari kalau di atas bus TransPekanbaru ada kernetnya yang bertugas menagih pembayaran dan memberikan karcis. Ohh.. begitu toh. Baiklah! Mari kita berangkat!

Eits! Tunggu dulu. Saya belum tahu mau berangkat kemana. Alhasil, bengong lagi mencari peta jalur busway. Jelalatan kesana kemari di dalam halte saya menemukan peta yang posisinya di pojokan atas. Saya sampai harus berdiri dan mengamati peta tersebut. Nah setelah tahu saya berada di halte mana dan jalur apa saja yang melewati halte ini, saya memutuskan akan pergi ke daerah Kulim. 
Peta jalur busway Trans Metro Pekanbaru
Baiklah! Ayo kita berangkat! 
Setelah masuk ke dalam bus, dan membeli karcis seharga 3000 rupiah, saya pun duduk dengan manis di dalam busway sambil menikmati pemandangan diluar jendela. 

Meski pada peta tercantum 6 jalur atau trayek, namun sebenarnya saat ini (februari 2013) busway Trans Metro Pekanbaru hanya memiliki 2 jalur yang aktif beroperasi. Jalur yang beroperasi adalah trayek Pandau-Pelita Pantai dan Trayek terminal BPRS-Kulim. 

Begitu sampai di tujuan, ternyata saya baru tahu daerah Kulim itu adalah perumahan. Halte busway terakhir juga berada di tengah-tengah perumahan yang jalannya cuma muat untuk 2 mobil. Di halte terakhir ini saya tidak turun. Pas ditanya, saya cuma bilang sebenarnya saya mau ke halte Alam Mayang namun kelewatan karena tidak memperhatikan jalan, dan kernet sama sopirnya pun percaya. Hehehehe.. *Tukang ngeles* 

Setelah bus menunggu sekitar 15 menit dan kembali jalan, saya pun turun di daerah Alam Mayang. Sebenarnya Alam Mayang itu merupakan kawasan taman wisata alam. Namun saya tiba disana sudah terlalu sore, jam 5.30 sore, jadi kawasan ini sudah tutup. Yasudahlah, saya nongkrong saja di warung sate padang di depan halte sambil makan dan menikmati suasana pinggiran kota Pekanbaru. 
Suasana dalam busway Trans Metro Pekanbaru
Setelah menikmati pinggiran kota Pekanbaru, saya pun kembali naik bus Trans Pekanbaru menuju pusat kota. Malam ini saya puunya janji ketemuan dengan teman-teman dari komunitas Couchsurfing Pekanbaru di sebuah rumah makan. 
Senangnya punya teman baru sebanyak ini.. :)
Terima kasih untuk Indah dan ibunya
yang telah banyak membantu saya selama di Pekanbaru
Berkenalan, main kartu dan bercanda dengan teman baru di kota baru itu sungguh ya, menyenangkan sekali. Suatu saat saya akan berkunjung kembali ke kota ini, tapi mungkin pas musim hujan saja kali ya, biar tidak kegerahan. hehehehe.. (EKW)

Comments

  1. Dear muslim traveler...
    Salam kenal, mbak...

    Sebelumnya saya belum pernah kunjung ke Riau. Tapi yg bikin saya penasaran, apa benar kota Pekanbaru itu sudah cukup maju?

    Dengar2, di sana udah nggak ada lagi tiang listrik. Semua kabel ditimbun di tanah.

    Untuk di daratan Riaunya sendiri, apakah ada wisata alam?
    Trims

    "Leave nothing but footprints. Take nothing but pictures. Kill nothing but time"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Tukang Makan Angin (mudah2an gak sering2 masuk angin ya, hehehe)

      soal Pekanbaru cukup maju atau tidak saya kurang paham benar, tapi berdasarkan yang saya lihat untuk kawasan di tengah kota terutama di jalan utamanya (Jalan Sudirman) memang cukup tertata rapi dan nyaris tanpa tiang listrik sih. di jalan utama ini juga punya trotoar untuk pejalan kaki yang cukup lebar.

      Sayangnya di pinggiran kota suasananya sedikit berbeda, masih belum tertata rapi.

      kalau wisata alam ada sungai Bono yang terkenal utk surfing (6 jam dr Pekanbaru), ada air terjun di beberapa kabupaten seperti Indragiri hilir, Kampar dan rokan Hulu dan Taman nasional Bukit Tiga Puluh. Sayangnya saya belum sempat kesana semuanya karena letaknya diatas 3 jam dari Pekanbaru.

      Cheers.

      Delete
  2. Salam kenal, tempat wisata yg berserjarah seperti museum ada gak ya di pekan baru ?
    Dari jl sudirman ke pasar bawah jauh nggak ya ?
    Thanks utk infonya yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Audrey..

      sejauh ini yang saya tahu cuma museum Sang Nila Utama.
      Jl. Sudirman ke Pasar Bawah cukup jauh sih kalau tidak salah ingat, tapi bisa dijangkau dengan sekali naik angkutan umum kalau tidak salah ingat juga. Hehehe..

      Delete

Post a Comment