Friday, September 29, 2017

MENJADI TRAVELER GEOSPASIAL

Bulan Maret tahun ini, saya berkesempatan untuk melintas wilayah perbatasan 3 negara yaitu Kamboja, Thailand dan Malaysia lewat jalur darat. Sejak kecil saya sudah dibiasakan oleh orangtua saya untuk menikmati dan mengamati semua hal di perjalanan terutama bentang alamnya. Itu sebabnya sejak kecil,  Geografi selalu menjadi pelajaran favorit saya. Senang rasanya bisa melihat dunia lain di selembar peta di tangan saya.
Itu sebabnya meski berada di negara lain, seperti Kamboja, Thailand dan Malaysia, saya tetap memilih jalur darat untuk memuaskan hasrat melihat bentang geografisnya.  Menikmati panasnya udara persawahan dan kota serta megahnya situs Angkor Wat di Siem Reap, Kamboja, menikmati semilir angin di bawah pepohonan benteng Fort Sumen Phra di tepi sungai Chao Phra Ya di Bangkok, Thailand, atau merasakan dinginnya aroma gua Tempurung di wilayah Perak, Malaysia menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Baca juga : Mengenal Kawasan Angkor di Siem Reap, Kamboja.

Friday, September 22, 2017

BUKU DI BULAN SEPTEMBER

September 2015

Sebuah email masuk ke inbox saya:

"Assalamualaikum Wr.Wb
Hai Mba Endah, selamat siang...

Perkenalkan saya Risa dari Redaksi Buku Traveling, Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.

Langsung saja ya, Mba…
Saya sangat tertarik dengan postingan Mba di instagram, yang pada akhirnya membawa saya mengunjungi blog Mba Endah dan langsung membayangkan apabila pengalaman traveling dan foto-foto hasil jepretan Mba dibukukan.. ..."

Ehhh serius itu emailnya?? Saya sampai baca setidaknya 3 kali lho itu email untuk memastikan saya beneran orang yang dituju. Perasaan sih blog saya masih belum punya banyak artikel deh.. *ehh sekarang juga masih belum banyak kok, masih di bawah 200 artikel di blog ini* Instagram aja juga masih di bawah 500 followernya saat itu.. Ahh mungkin cuma halusinasi. Dan email itu pun mengendap selama 24 jam di inbox. *lanjut kerja*

Wednesday, September 13, 2017

MENGENAL KAWASAN ANGKOR DI SIEM REAP

Kalau ditanya objek wisata di Kamboja yang paling terkenal, tentu saja Angkor Wat akan berada di list pertama. Kawasan kuil terbesar di Kamboja ini telah masuk sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1992. Angkor yang terletak sejauh 5,5 kilometer dari pusat kota Siem Reap ini menjadi agenda wajib yang harus dikunjungi oleh setiap traveler yang berkunjung ke Kamboja.
Tiket masuk menuju kawasan Angkor terbagi menjadi 3 jenis, tiket satu hari, 3 hari dan 7 hari. harganya pun berbeda-beda. Per bulan Maret 2017 (waktu saya mengunjungi Angkor Wat), tiket 1 hari seharga 37 USD, tiket terusan 3 hari seharga 62 USD, dan tiket untuk 7 hari seharga 72 USD. Secaranya keesokan harinya saya akan meneruskan perjalanan ke Thailand, maka tiket untuk 1 hari lah yang saya beli, dan setelahnya saya menyesal beli tiket ini. Kenapa? Baca saja sampai selesai ya. hehehe.

Dengan luas kawasan mencapai 400 kilometer persegi, Angkor sebenarnya adalah kawasan kerajaan kuno Kamboja yang dibangun oleh raja Suryavarman II pada abad ke 12 Masehi, sekitar tahun 1113 - 1150. Raja dari kerajaan Khmer ini awalnya membangun kawasan ini sebagai penghormatan kepada salah satu dewa umat Hindu, dewa Wishnu. Namun pada abad ke 14 Masehi kawasan kuil ini pun beralih fungsi menjadi kuil umat Budha.

Wednesday, September 6, 2017

SA TRA TAU, TRA PAKE SPASI

Jayapura, Papua

Meski saya sudah tinggal di kota Sorong, jauh sebelum Papua mekar jadi 2 Provinsi, bahkan dulu masih memakai nama provinsi Irian Jaya, namun saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di wilayah lain Papua selain kota Sorong. Yeah! 15 tahun saya cuma nangkring dan guling-guling di jalanan kota Sorong saja euy. *entah harus sedih atau senang*. Makanya saat diberi tugas untuk meliput di kota ini, saya cuma bisa cengar-cengir kesenangan sambil berusaha menahan hasrat pengen guling-guling di lantai kantor. Hehehehe.

Perjalanan Jakarta - Jayapura dengan total 5 jam perjalanan pun nyaris tidak berasa. Yaiyalah. Sepanjang perjalanan di dalam pesawat saya tertidur pulas karena itu merupakan penerbangan malam. Wkwkwkwk. Sekitar jam 10 pagi waktu setempat di Jayapura, saya pun mendarat di bandara Sentani. Yoo Hoo.  Satu lagi provinsi yang telah saya pijaki di Nusantara ini. *coret daftar list provinsi yang harus didatangi*

Namanya jurnalis, begitu sampai di suatu kota itu bukannya mencari makan atau penginapan, tapi langsung menuju tempat liputan dan bertemu dengan narasumber. Foto di bandara Sentani aja tidak sempat euy. *garuk-garuk tembok bandara*. Saya?! Cukup nikmati saja setiap jengkal pemandangan terlewati di depan mata. Tidak semua orang bisa kesini, jadi bersyukur sajalah atas apa yang telah diberikan.


Wednesday, August 23, 2017

BALADA FREELANCER

Sejak memutuskan resign dan jadi freelancer itu rasanya hidup luntang-lantung banget. Dengan modal hape dan laptop, lalu kehabisan kuota internet, alhasil menyambangi cafe atau coffee shop yang punya wifi kencang demi bisa berselancar manja di dunia maya. *fakir wifi* Padahal mah kalau dihitung-hitung uang yang keluar buat jajan di cafe demi wifi gratis ama beli kuota mah banyakan jajan nya lho.. *bilang aja mau nongkrong di cafe biar dikata anak kekinian* hahahaha.
ceritanya lagi pura-pura kerja di cafe lalu lebih banyak nongkrong dan ngopi
Trus kalau nongkrong di cafe tuh ya bawaannya laperan dan baperan. Laperan  karena tidak mungkin kan ya situ nongkrong di cafe cuma mesan air mineral aja kan? Pasti mesan menu itu dan ini buat teman camilan. Lalu baper? Yaiyalah.. yang datang ke cafe mah biasanya kalau gak se geng ya sama pasangan dong. Jomblo macam saya mah cuma bisa gigit camilan kalau liat ada yang PDA di sekitarnya. *sambit pakai gelas kopi*

Cuma beberapa bulan terakhir ini aktivitas freelancer saya sangat terganggu dengan rusaknya separuh nyawa saya setelah kamera yaitu Laptop. Kebakar akibat konslet listrik yang terjadi 3 kali dalam sehari. Syedihnya itu sama dengan ditinggal pesawat pas mau ngetrip kk.. Sakitnya tuh disini.. *tunjuk isi dompet* Akhirnya aktivitas saya lebih parah luntang-lantungnya daripada sebelumnya. Setiap kali terima kerjaan, pasti buru-buru nyari warung internet. Lalu buat ngakalin biar tidak sering ke warnet saya sering juga nebeng sekalian menginap di rumah saudara sepupu saya yang punya komputer.

Wednesday, August 16, 2017

SERU-SERUAN DI PATRO

Setelah menjajal Homestay, Hotel, dan Hostel, kali ini saya menjajal menginap di resort. Iyaa resort. Namanya Perak Agrotourism Resort yang terletak Tanjung Tualang, Perak, Malaysia, yang disingkat menjadi PATRO. Ini adalah salah satu akomodasi para peserta di Social Influencer Fest 2017 untuk melakukan rangkaian kunjungan #VisitPerak2017.
Begitu memasuki gerbang depan Patro, kami diharuskan turun dari bus dan berganti dengan kendaraan buggy. Bus besar tidak boleh memasuki wilayah Patro lebih dalam karena desain jalanan yang memang hanya dikhususkan untuk kendaraan kecil saja. Oh ya.. Dari gerbang depan, wilayah resortnya belum keliatan tuh. Cuma terlihat tanaman, semak dan pepohonan saja sejauh mata memandang.

Selama kurang lebih 10 menit memasuki Patro dengan buggy, baru lah terlihat sebuang bangunan yang ternyata restoran yang berada di pinggiran danau yang asri. Setelah mendapatkan kunci villa, saya dan Tari yang kebetulan satu kamar langsung naik buggy lagi menuju villa yang dimaksud. Ternyata villa kita cuma 50 meter bo dari bangunan restoran sekaligus resepsionis itu.. Bwahahahhahha.. Kirain jauh secara tadi pegawai Patronya ngotot banget kita harus naik buggy untuk ke villanya.

Wednesday, August 9, 2017

GEGAR BUDAYA INDONESIA - MALAYSIA

Sebagai negara tetangga terdekat, Malaysia memang paling sering dikunjungi wisatawan Indonesia, baik buat yang baru pertama kali ke luar negeri ataupun yang pengen sekedar short escape liburan ke negeri Jiran ini. Saya termasuk yang kadang-kadang main dan melakukan short escape dulu di kala masih kerja kantoran. Paling lama ke Malaysia kala itu hanya 5 hari di kota Kinabalu, Sabah.


Namun tepat di akhir tahun 2016, usai resign dari kantor di bilangan Palmerah, saya mendapatkan kesempatan untuk traveling lebih lama di Malaysia. Tidak tanggung-tanggung, selama 4 bulan kerjaan saya mondar-mandir Jakarta - Kuala Lumpur.  Lama tinggal di negera ini membuat saya merasakan sedikit gegar budaya antara Indonesia dan Malaysia, meskipun serumpun. Ini beberapa perbedaan yang sempat bikin saya shock.

Popular Posts