Hari itu saya sedang radang tenggorokan dan flu berat, namun tugas negara (begitu saya sering menyebutnya) a.k.a liputan luar kota yang datang berbarengan membuat saya harus tetap berangkat dengan kondisi sakit seperti itu karena tidak ada pengganti. Maklum, keterbatasan orang membuat semua Video Journalist (VJ) dan bahkan beberapa produser akhirnya harus turun ke lapangan untuk liputan. Meski sedang sakit, namun saya tetap bersemangat karena narasumber yang akan saya temui bergerak di bidang yang saya sukai yaitu Seni dan Budaya.
Keberangkatan ke Pontianak ini ternyata harus dimulai dengan huru-hara telat check-in! Karena kepala dan badan yang luar biasa meriang dan terasa remuk redam, saya salah lihat jam. Saya pikir saya sedang berangkat ke Bandara pukul 03.30 pagi sehingga saya berpikir masih banyak waktu untuk penerbangan pukul 06.15. Ternyata, saya berangkat pukul 04.30 dan baru sampai di bandara 05.50, tepat 25 menit sebelum boarding. *FYI, selama di dalam damri menuju ke Bandara saya tertidur dan baru sadar kesalahan melihat jam begitu bangun dan melihat jam*. Akibatnya saya ditolak check in karena sudah tutup 5 menit yang lalu. Huah! *nangis di depan counter check in*.
Wednesday, August 3, 2016
Wednesday, July 27, 2016
MENENGOK TUNGKU NAGA SINGKAWANG
Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Selain terkenal sebagai kota seribu klenteng yang punya perayaan cap Go Meh meriah dan kuliner yang enak, kota ini ternyata juga terkenal dengan industri keramiknya. Tidak tanggung-tanggung, keramik Singkawang sudah ada sejak tahun 1895, jauh lebih tua dari keramik Kasongan di Yogyakarta.
Saya berkesempatan mengunjungi salah satu pengrajin keramik di Singkawang yaitu Keramik Sinar Terang di kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Keramik di Singkawang menggunakan tanah liat bernama Kaolin Disini selain tersedia showroom, saya juga bisa melihat secara langsung proses pembuatan keramik mulai dari pembentukan, pembakaran, hingga pewarnaan dan finishing touch.
Saya berkesempatan mengunjungi salah satu pengrajin keramik di Singkawang yaitu Keramik Sinar Terang di kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Keramik di Singkawang menggunakan tanah liat bernama Kaolin Disini selain tersedia showroom, saya juga bisa melihat secara langsung proses pembuatan keramik mulai dari pembentukan, pembakaran, hingga pewarnaan dan finishing touch.
Wednesday, July 20, 2016
ADA PINTU MAJAPAHIT DI PATI
Sepertinya pulang kampung ke Pati tahun ini saya sedikit banyak menjelajah di kota kelahiran saya ini. Mulai dari Waduk Gunungrowo, Kulineran, dan sekarang wisata sejarah. Ternyata, tak jauh dari rumah saya di Rondole, sekitar 1 kilometer ada sebuah situs bersejarah. Awalnya yang niat kesini adik perempuan saya, "Tapi selalu lupa dan kelewatan deh, entah kenapa" keluhnya hari itu.
Kebetulan hari itu, rumah saudara yang hendak kita kunjungi, yang jaraknya cuma 100 meter dari situs sedang bepergian entah kemana. Jadilah kita langsung putar balik dan menuju ke situs tersebut. Situs itu adalah pintu gerbang Majapahit.
Wednesday, July 13, 2016
KULINERAN DI BUMI MINA TANI
Saya cuma bisa pulang setahun sekali, setiap Idul Fitri atau
Idul Adha ke kota Pati. Saya memang pernah tinggal 3 tahun lebih sedikit di
kota dengan julukan Bumi Mina Tani ini untuk
bersekolah di bangku SMA. Usai orangtua saya pensiun, mereka pun pindah
dan menetap di kota ini untuk menikmati hari tuanya disini. Itu sebabnya yang
tadinya saya pulang kampung ke Sorong, Papua Barat, namun sejak tahun 2011
mudik saya berubah haluan ke kota Pati.
Tiap pulang ke Pati, saya selalu mendadak galau. Galau
antara mau tiap hari makan masakan ibu (namanya anak peratauan pasti hal utama
yang dirindukan adalah masakan ibu) atau mau berkeliaran di luar rumah
mencicipi makanan khas daerah Pati. Untungnya daya tampung perut saya oke, jadi
ya dua-duanya saja saya jabanin. Hahahaha.
Berikut ini beberapa kuliner di kota Pati, Bumi Mina Tani
yang telah saya sambangi dan menjadi favorit saya tiap kali mudik.
Wednesday, July 6, 2016
MENGEJAR WAT ARUN DAN KANTOR POS
Biasanya kalau pergi kemana pun saya hampir tidak pernah mengirimkan kartu pos kepada siapapun. Namun traveling ke Bangkok saya sedang ingin mengirimkan beberapa kartu pos ke teman termasuk ke diri saya sendiri. Hitung-hitung kartupos itu saya anggap souvenir dari suatu tempat. Ceritanya sih lagi mau bikin kebiasaan baru mengumpulkan kartu pos lagi secara dulu saya punya mimpi untuk traveling juga karena sering lihat gambar-gambar bagus di kartu pos.
4 kartu pos saya dapatkan saat mengunjungi kuil Wat Pho. Namun karena di sekitar Wat Pho tidak saya temui kantor pos buat beli perangko maka saya simpan terlebih dahulu. Alhamdulillah pas ke Grand Place, di antara loket tiket masuk dan pintu masuk ada kantor pos yang buka disana. Langsung deh kirim 2 kartu pos buat diri saya sendiri. Sempat juga lihat-lihat kartu pos yang dijual disana seharga 10-50 baht. Namun karena belum tahu akan dikirimkan ke siapa, saya jadi mengurungkan niat untuk membelinya lagi.
Wednesday, June 29, 2016
MEMANCING SEPI DI WADUK GUNUNGROWO
Kota Pati, Jawa Tengah. Meski ini merupakan kota kelahiran saya dan tempat saya bersekolah di bangku SMA, namun tidak banyak hal yang biasa saya lakukan di kota ini kerap kali saya pulang. Biasanya saya hanya berdiam diri di rumah sambil ngobrol dengan orangtua saya ataupun ngikut kemanapun ibu atau bapak saya pergi.
Namun libur lebaran tahun ini sedikit berbeda. 2 hari saya pulang saya ingin mengunjungi sebuah waduk yang tidak jauh dari kawasan perumahan saya. Waduk itu bernama waduk Gunungrowo yang terletak di desa Sitiluhur, kecamatan Gembong, kabupaten Pati, Jawa Tengah. Waduk di kaki gunung Wadi ini dibangun pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1918 hingga 1925. Luas arealnya mencapai 320 hektar.
Wednesday, June 22, 2016
MENYUSURI SUNGAI CHAO PHRAYA
Pertama kali menjejakkan kaki di Bangkok, setelah melihat
peta Bangkok, saya berkeinginan untuk menyusuri sungai Chao Phraya, sungai yang membelah kota Bangkok. Ehh sebenarnya letaknya gak persis di tengah sih, minggir dikit deh. Tapi tetap, kalau ada kota yang punya sungai, susur sungai itu wajib hukumnya, buat saya pribadi sih. Minimal nemplok di pinggiran sungai sambil menikmati hilir mudik kendaraan di atas sungai.
Ternyata, sungai Chao Phraya punya angkutan air yang cukup aktif dan berjalan reguler setiap saat. Ada 4 jalur transportasi air yang bisa digunakan untuk menuju ke beberapa daerah di sepanjang sungai, termasuk jika ingin pergi ke kuil Wat Pho, Grand Palace dan kuil Wat Arun. Meski ketiga tempat ini bisa ditempuh juga lewat jalur darat, namun transportasi air tetap menggoda untuk saya jajal.
Kapal berbendera orange |
Wednesday, June 15, 2016
YUKS KEMPING KE PULAU SERIBU
Tidur beralaskan tikar, rumput, sarung atau hammock sambil menikmati langit bertabur bintang, hembusan angin sepoi-sepoi dan gemericik air. Semua orang pasti ingin melakukannya. Buat yang tinggal di ibukota (yang katanya lebih kejam dari ibu tiri) ternyata tidak perlu bepergian jauh untuk melakukannya. Dengan gugusan pulau mencapai 362 pulau, wilayah kabupaten kepulauan seribu memiliki pulau-pulau, baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni untuk dijadikan tempat kemping atau sekedar singgah untuk menikmatinya.
Wednesday, June 8, 2016
SUDUT SUNYI DI WAT PHO DAN GRAND PALACE
Niat mengunjungi objek wisata paling terkenal di Bangkok, Wat Pho dan Grand Palace membuat saya dan teman cuma numpang taruh tas di hostel dan langsung jalan lagi. Kali ini kami bermaksud menggunakan kapal menyusuri sungai Chao Phraya untuk menuju ke kuil Wat Pho. Kebetulan hostel kami yang berada di jalan Surasak, Silom ini dekat dengan dermaga, hanya sekitar 10 menit jalan kaki.
Kuil Wat Pho terletak di bagian barat sungai Chao Phraya. Buat yang naik kapal, dermaga tujuannya adalah Tha Thien. Kuil Wat Pho punya nama resmi yang cukup panjang, Wat Phra hetuphon Vimolmangklararm *keseleo lidah nih pas mencoba mengucapkannya*. Wat Pho merupakan kuil terbesar sekaligus tertua di Bangkok yang dibangun pada tahun 1688.
Kuning bendera kerajaan Oranye bendera umat Buddha dan bendera negara Thailand |
Wednesday, June 1, 2016
MALAS RISET, SESAT DI BANGKOK
Setiap kali mau melakukan perjalanan, biasanya saya memang jarang melakukan persiapan itinerary ataupun riset tempat wisata yang ada di suatu tempat. Saya lebih senang go show atau liat sikon saja di TKP kalau sudah sampai disana. Demikian pula saat ke Bangkok, Thailand. Secara ini kota besar, saya berpikir wisata disini paling wisata belanja di pusat perbelanjaan dan kulineran. Sempat sih buka google map Bangkok dan liat sungai Chao Praya yang melintasi Bangkok, tapi riset secara mendalam mau kemana dan ngapain saja selama disana sama sekali tidak saya lakukan.
Siap-siap ke Bangkok! |
Gara-gara malas riset itu juga saat teman saya di Bangkok, Pho, menanyakan mau kemana, saya cuma bisa angkat bahu sambil bilang “entahlah,
mungkin Yuni (travel mate) tahu mau kemana” sambil melirik ke arah Yuni yang
duduk di bangku belakang. Akhirnya dia pun menjelaskan hendak kemana saja
sedangkan saya cuma duduk manis mendengarkan sambil menikmati pemandangan.
Hehehehe.. *travel mate gak tahu diri*
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
-
Meski dengan persiapan singkat, namun tidak berarti persiapannya asal-asalan ya. Demikian pula saat saya memutuskan untuk traveling impulsif...
-
Karena hanya bisa Menyapa Puncak Tertinggi Vietnam dari balkon homestay, akhirnya saya, Rahma, Andini dan Aris memutuskan untuk main-main k...
-
Agama Hindu dan pura adalah dua kata yang bisa menggambarkan pulau dewata, Bali. Hampir di setiap sudut Bali bisa ditemukan pura, baik pura-...