Wednesday, September 30, 2015

NUMPANG TRANSIT DI BENGKULU

"Bandara Jambi masih tutup (karena kabut asap), kita harus lewat kota lain, Bagaimana kalau kita lewat Bengkulu saja?"
"Bengkulu lagi" Serempak saya, fotografer dan penulis berucap demikian. Harap maklum, 2 hari yang lalu usai menuntaskan dinas luar kota di Sumatera Barat, narasumber terakhir di Bengkulu mendadak membatalkan janji saat kendaraan kami baru memasuki perbatasan Sumatera Barat - Bengkulu. Alhasil, sore itu juga kami langsung pulang ke Jakarta. Hari ini, kami menuju Bengkulu kembali dengan gerutuan "Kenapa waktu itu kita harus balik ke Jakarta sih kalau bakal balik lagi ke Bengkulu?"

Bengkulu, kota sekaligus nama salah satu dari 10 provinsi yang ada di Sumatera. Saya tak banyak menggali info tentang kota ini karena hanya sekedar numpang lewat di kota ini. Saya hanya tahu di kota ini ada Benteng Marlborough, lewat hasil postingan teman di laman facebooknya. Saat beberapa kawan mengetahui bahwa saya akan menuju ke Bengkulu, mereka hanya saling pandang, "Di Bengkulu ada apa ya?". Saya cuma menaikkan bahu tanda ketidak tahuan. "Saya cuma tahu ada benteng dan pantai disana".

Wednesday, September 23, 2015

TERPESONA AIR TERJUN LEMBAH ANAI

Pertama kali menginjakkan kaki di Sumatera Barat, saya tidak berpikir akan bisa kemana-mana karena ini merupakan dinas kantor yang (seperti biasa) waktunya mepet. Saat sedang dalam perjalanan dari Padang menuju ke Bukittinggi dan bermaksud mencari tempat makan siang, supir mobil rental menyarankan untuk makan di daerah Tanah Datar dengan alasan "Bisa sekalian refreshing karena pemandangannya bagus". Saya sih mengiyakan saja. Ikut kata akamsi (anak kampung sini) aja lah.. hehehe..

Beberapa saat sebelum sampai di rumah makan, saya melihat di kejauhan ada air terjun di antara pepohonan. Dan, ternyata rumah makan yang kita tuju cuma 100 meter dari air terjun tersebut. Ohh.. ini pemandangan bagusnya tohh.. *angkat dua jempol*. Itu air terjun Lembah Anai namanya.

Wednesday, September 16, 2015

SELIMUT KABUT JAMBI

Sudah hampir 2 bulan lebih bencana kabut asap menerpa pulau Sumatera dan Kalimatan. Sudah berbagai upaya sedang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya. Namun, sepertinya memang butuh waktu lebih lama untuk mengatasi kabut asap tahun ini.

Awal September ini, saya berkesempatan menembus pekatnya kabut asap di kota Jambi. Untuk sampai di kota ini, saya harus menempuh jalur darat selama 12 jam dari Bengkulu karena pesawat tidak ada yang bisa mendarat di bandara Sultan Thaha, Jambi. Pilihan lain, 7 jam dari Palembang dimana saat itu status penerbangan masih 50% bisa berangkat atau cancel, 12 jam dari kota Padang dengan status 100% aman dan Batam 5 jam dengan status 50% bisa berangkat atau cancel pula.

Satu-satunya pesawat yang berhasil mendarat hari itu (tanggal 10 September 2015) hanyalah 3 pesawat Hercules tipe C-130 milik TNI-AU. Padahal hari itu jarak pandang di Jambi hanya 300 meter. Aturan penerbangan sipil mengharuskan jarak pandang 1200 meter untuk bisa melakukan pendaratan dan take off dengan aman.

Saya memang cuma 24 jam berada di kota ini. Namun saya merasakan betapa perih dan sakitnya menghirup kabut asap ini. Hanya 10 menit di luar ruangan atau di luar mobil sudah membuat saya terbatuk-batuk, padahal saya sedang memakai buff/masker. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana orang-orang di kota ini, dan kota-kota lainnya yang tertutup asap bisa beraktifitas sehari-hari dengan nyaman. Hanya bisa berdoa, semoga hujan bisa segera turun dan menghapus selimut kabut asap disini dan di kota-kota lainnya yang sedang tertutup kabut asap. Amin!!! (EKW)

Wednesday, September 9, 2015

SINGKARAK TERKEPUNG ASAP!

Suatu hari saya pernah menerima telepon dari teman dengan nada yang terdengar panik dan khawatir

Teman: Halo, endah, apa kabar orang tua kamu disana??? *terdengar panik*
Saya : baik-baik saja *dengan nada datar*
Teman : Serius nih orang tua kamu baik-baik saja disana?? Kapan kamu terakhir kali telepon mereka??
Saya : iya, mereka baik-baik saja. Saya ngobrol sama mereka 2 hari yang lalu. *mulai bingung sama teman yang terdengar seriusan panik*
Teman : Kok kamu bisa tenang-tenang saja sih?? Tuh di berita baru saja ada kabar Solok lagi gempa tuh.. *nada ngomel2*
Saya: Ohh.. Trus, emangnya kenapa?? *kembali datar*
Teman : *terdiam sejenak beberapa detik* Eh Solok itu di Sumatera ya?! Orang tua kamu tinggalnya di Papua kan ya?! Apa nama kotanya?!
Saya : Sorong! *mulai ngakak*
Teman : *ikutan ketawa* pantesan kamu tenang-tenang saja jawabannya.. ternyata, saya salah tohh..

Bwahhahahhahaha.. jadi ketawa ngakak berdua di telepon.

Sekelumit pembicaraan beberapa tahun silam itu kembali teringat saat saya sedang dalam perjalanan melewati danau Singkarak dan memasuki wilayah kabupaten Solok.

Hari ini tanggal 6 september 2015, wabah kabut asap yang berasal dari provinsi Riau dan Sumatera Selatan sudah merambah ke provinsi bahkan negara lain, termasuk danau kedua terbesar di Sumatera setelah danau Toba, yaitu danau Singkarak. Secara teritori, danau seluas 107,8 kilometer persegi ini masuk dalam wilayah kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Danau Singkarak terletak di ketinggian 363,5 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman mencapai 268 meter. *Dalam juga ya danau ini*

Wednesday, September 2, 2015

PLAYLIST MELINTASI JALUR LINTAS SUMATERA

I just wanna feel real love, feel the home that i live in. 
Not sure I understand, this roads I've been giving. 
(Robbie William - Feel)

Lagunya feel dari robbie williams adalah salah satu lagu di playlist yang mengiringi perjalanan dinas kali ini. Sejak mendarat di bandara Minangkabau, kemudian menuju ke Bukittinggi dan saat ini kendaraan baru saja keluar dari wilayah Muaro Bungo, Jambi.
Danau Singkarak yang diselimuti kabut asap
September 2015
Perjalanan dinas luar kota kali ini sebenarnya saya ingin memilih kota di Sulawesi atau Maluku. Tapi takdir Yang Mahakuasa menggariskan saya harus dinas ke Sumatera. Tidak tanggung-tanggung, 3 provinsi yang belum pernah saya datangi menjadi agenda dalam dinas kali ini yaitu Sumatera Barat, Bengkulu dan Jambi. Maka, nikmat Allah manalagi yang kau dustakan?! ;)

Wednesday, August 26, 2015

MENAPAK ATAP JAWA TENGAH, GUNUNG SLAMET

Warna hijau daun yang diselimuti cahaya keperakan dari sinar matahari berpadu mesra dengan birunya sang langit. Selingan kicauan burung menjadi nyanyian alam yang serasi. Semilir angin menyejukkan hawa panas tubuh yang mulai naik di batas normal.

Begitulah pendakian Slamet ini dimulai pada pukul 10.00 wib dengan 9 orang teman lainnya. Ngomong-ngomong di pendakian ini saya kembali menjadi yang paling cantik karena teman-teman se team cowok semua. *cewek di sarang penyamun, hohohoho..*. Awalnya ada seorang cewek lagi yang dikabarkan ikut saat saya masih berada di Pekalongan. Namun karena satu dan lain hal yang tidak saya ketahui, maka si cewek itu pun batal ikut.

Sepertinya yang sudah saya rencanakan di awal, karena batuk pilek dan radang tenggorokan yang sudah menyerang sejak beberapa hari yang lalu, saya tidak berencana untuk menjejakkan kaki di puncaknya. Hanya sekedar ingin camping dan melihat hutan di kawasan Gunung Slamet. Puncak bisa lain waktu lah. Toh, tak lari gunung dikejar kan. Dan berdasarkan rembugan team, kita akan ngecamp di pos 7 dan paginya baru akan nanjak untuk summit attack.

Wednesday, August 19, 2015

RENCANANYA SIH....

Rencananya sih..
Lebaran ini di kosan saaja menikmati liburan Jakarta yang sepi..

Kenyataannya..

Tanggal 16 Agustus pagi diajak naik ke gunung Slamet dan saya langsung menyetujui.
*saya mah orangnya gampang banget diajakin ya.. hahaha*

Rencananya sih..
Berangkat dari Jakarta tanggal 19 Agustus dan nanjak tanggal 20 Agustus

Kenyataannya..

Diajakin temen main ke Pekalongan dulu buat hunting curug dan langsung beli tiket berangkat tanggal 17 Agustus malam dan tanggal 19 Agustus subuh berangkat dari Pekalongan menuju ke Basecamp pendakian dan jam 10 pagi langsung nanjak..

Popular Posts