Wednesday, August 3, 2022

OYPMK Meniti Karir di Tengah Masyarakat

Stigma masyarakat saat berhadapan dengan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan penyandang disabilitas masih belum berubah. Kebanyakan orang masih berpikir OYPMK dan penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan dan tidak bisa berkarya. Padahal, mereka sangat mampu dan memiliki keahlian untuk bersaing dengan yang lainnya di dunia kerja.

Itu sebabnya saya sangat antusias saat mengikuti Live Talkshow Ruang Publik KBR bersama Bloggercrony Community yang diselenggarakan pada hari Rabu, 27 Juli 2022. Live Talkshow yang disiarkan lewat channel Youtube ini dimoderatori oleh penyiar Rizal Wijaya, bersama dengan narasumber Agus Suprapto, DRG, M.Kes  dan Mahdis Mustafa.

Pemberdayaan OYPMK dan penyandang disabilitas

Selama ini, Ruang Publik KBR selalu fokus dalam menyebarkan berita positif dan selalu konsisten dalam membahas tentang kusta. Mulai dari seperti apa penyakit kusta itu, apa penyebabnya, bagaimana mengatasinya hingga tentang penerimaan masyarakat terhadap OYPMK.

OYPMK Meniti Karir

Mahdis Mustafa adalah salah satu penyandang OYPMK. Ia didiagnosa pengidap penyakit kusta pada tahun 2010. Awalnya, Mahdis tidak mengetahui bahwa ia terkena penyakit kusta karena orang tuanya tidak memberi tahukannya soal penyakit apa yang sebenarnya dideritanya. Ia hanya diberitahu bahwa ia sedang terkena alergi. Saat itu orang tuanya takut kalau Mahdis akan malu dikarenakan masih adanya stigma negatif di masyarakat tentang penyakit kusta. 

Tapi lama kelamaan Mahdis pun mengetahuinya saat mengecek jenis obat-obatan yang ia konsumsi. Saat Mahdis sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Makassar, ia bertemu dengan seorang kader organisasi dan mengajaknya terjun ke dunia organisasi. Awalnya ia menolak ajakan  tersebut. Tapi karena keterbatasan biaya dan tidak ingin membebani orang tuanya, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di salah satu rumah sakit di Makassar sebagai cleaning service untuk membantu membersihkan ruangan di area perawatan kusta. 

Setelah penyakitnya dinyatakan sembuh, Mahdis mendapatkan kepercayaan dari perusahaan outsource cleaning service untuk bekerja dan berpindah kontrak dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Hingga pada akhirnya, perusahaan tempatnya bekerja merekomendasikan Mahdis dengan kompetensi dan keahliannya untuk memimpin tim dan menjadi supervisor di perusahaan outsource cleaning service. Kini Mahdis Mustafa menjabat sebagai SPV cleaning service di PT.Azaretha Hana Megatrading.  

Perlunya Peningkatan Pemberdayaan OYPMK 

Mahdis Mustafa adalah salah satu contoh OYPMK yang bisa terus bekerja setelah sembuh dari penyakit kustanya. sayangnya, tidak banyak OYPMK yang bisa memasuki dunia kerja. Berdasarkan data, tercatat pada tahun 2019, hanya 45,9% atau hanya 5 orang dari 10 OYPMK dan penyandang disabilitas yang bisa masuk dalam partisipasi angkatan kerja. Menurut data ini pula hanya sepertiga partisipasi OYPMK dan penyandang disabilitas yang diterima pasar tenaga kerja.

Jumlah ini lebih rendah dibandingkan penerimaan tenaga kerja bagi partisipasi non disabilitas dan non OYPMK. Padahal sejatinya OYPMK sudah sembuh seratus persen dari penyakit kusta. Dengan demikian tidak ada alasan untuk memberi perlakukan berbeda kepada OYPMK.

Live Talkshow Ruang Publik KBR

Agus Suprapto, DRG. M.Kes, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI mengungkapkan bahwa Kemenko PMK telah memfasilitasi para pasien kusta dengan obat-obatan dan sarana kesehatan yang memadai. Semua itu dilakukan karena kunci dari penyakit kusta adalah selalu menjaga kebersihan, sehingga Kemenko PMK terus berbenah diri dalam hal pembangunan pemukiman yang lebih sehat untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit kusta. 

Agus Suprapto menilai literasi dan edukasi masyarakat adalah hal yang paling utama agar OYPMK bisa berbaur di tengah-tengah masyarakat. Karena bagaimanapun juga, setiap pasien kusta yang telah sembuh akan melanjutkan kembali hidupnya di tengah-tengah masyarakat.

Hal yang paling penting untuk diperhatikan bagi para pasien yang pernah menderita penyakit kusta sebenarnya adalah kehidupan setelah mereka sembuh. Peran perusahaan pun bisa sangat mendukung agar karyawan yang merupakan OYPMK dapat lebih berprestasi dalam bekerja. Kondisi lingkungan kerja perusahaan, misalnya dengan teman kerja yang saling support satu sama lain pun akan menambah rasa percaya diri para karyawan OYPMK untuk terus bekerja dan berkarya.

Dengan begitu, stigma negatif di masyarakat bisa terus dikurangi sehingga OYPMK dan penyandang disabilitas bisa berdaya guna, mencetak prestasi dan hidup di tengah-tengah masyarakat dengan lebih layak. (EKW)

16 comments:

  1. Ya Allah ini stigma ya nggak kelar - kelar ya tentang penyandang kusta. Support itu jadi kekuatan deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. Dari dulu stigma kusta ini memang gak kelar-kelar sih. Makanya perlu banyak edukasi untuk masyarakat kita.

      Delete
  2. semangat pak Mahdis keren ya, walau penyandang kusta tapi tetap bisa berdampak di masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Pak Mahdis ini memang keren ya. bisa tetap berkarya meski masih banyak stigma negatif di sekelilingnya. Semoga beliau sukses terus yaa.

      Delete
  3. edukasi menengai penyintas kusta di Indonesia masih kurang, sehingga para penyintas menjadi terbatas untuk mendapatkan hak hidup mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah kak. Makanya harus terus digalakkan edukasinya sehingga stigma buruk soal penyintas kusta bisa terus berkurang.

      Delete
  4. Penghapusan stigma dan pemberian kesempatan, bisa menjadi upaya bagi OYPMK untuk meniti karir ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak. OYPMK ini benar-benar luar biasa dalam meniti karir kembali di masyarakat di tengah stigma yang masih menempel kuat.

      Delete
  5. Ngomongin OYPMK ini banyak PR besar, bukan hanya bagi pemerintah, tapi juga bagi semua orang. Penyadaran masyarakat, peningkatan literasi harus digencarkan, biar stigma bisa dikurangi bahkan dihilangkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang masih susah untuk 100 persen menghilangkan stigmanya. Tapi kita bisa perlahan ikut mengedukasi teman dan keluarga di sekitar kita untuk mengurangi stigma tersebut.

      Delete
  6. Setelah sembuh dari kusta, mereka sama dengan kita, punya hak untuk pekerjaan. Edukasi di masyarakat kudu terus dilakukan biar stigma negatif perlahan hilang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul banget mbak. Mereka juga harus dapat kesempatan seluas-luasnya untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.

      Delete
  7. Aku seneng banget kalau ada edukasi positif mengenai OYPMK dan disabilitas, dimana gak semua orang mau peduli dan melihat fenomena diskriminasi yang nyata terjadi di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, stigma OYPMK dan disabilitas di masyakarat kita masih harus banyak-banyak diubah. Supaya mereka bisa terus berkarya di masyarakat

      Delete
  8. Stigma negatif yang masih selalu ada. Terkadang malah disebut sebagai penyakit kutukan dan menganggap para penderita sebagai orang yang terkutuk. Makanya memang kegiatan literasi tentang kusta ini sangat membantu dalam menyebarluaskan fakta sebenarnya kepada masyarakat supaya jangan salah kaprah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Stigma yang harus segera diputuskan mata rantainya, dan itu dimulai dari kita-kita ini.
      Literasi di masyarakat harus terus digalakkan supaya masyarakat jadi lebih teredukasi soal OYPMK dan disabilitas.

      Delete

Popular Posts