Wednesday, October 4, 2017

ROADTRIP KAMBOJA – THAILAND : HURU-HARA DI PERBATASAN

Kalau lagi jalan ke negeri lain yang bahasa aslinya bukan Melayu atau Inggris itu rasanya roaming luar biasa deh. Rasanya ingin punya pendamping doraemon biar bisa minta jelly penerjemahnya. Begitu pula saat saya memutuskan untuk melakukan roadtrip dari Siem Reap, Kamboja menuju Bangkok, Thailand. Selama di tengah kota Siem Reap sih kebanyakan masih menggunakan bahasa Inggris karena merupakan kota wisata, booking bus menuju kota perbatasan Poi Pet, Kamboja  pun bisa lewat hostel yang saya inapi selama 3 malam tanpa kesulitan.


Bus yang saya tumpangi ke perbatasan Kamboja – Thailand seharga 8 USD itu sudah standby di depan hostel pukul 07.30 waktu setempat dan pukul 08.00 pun berangkat menuju ke Poi Pet. Oh ya, harga bus Siem Reap – Bangkok sebenarnya hanya 12 USD, cuma beda 4 USD saja. Namun karena saya ingin merasakan langsung suasana perbatasan dan naik kereta dari Aranyaprathet ke Bangkok, makanya saya memilih tiket bus cuma sampai Poi Pet saja.


Perjalanan Siem Reap ke Poi Pet memakan waktu sekitar 2,5 – 3  jam dengan satu kali pemberhentian untuk istirahat selama 15 menit dan satu kali pemberhentian di pool bus di luar Poi Pet untuk pembagian nametag khusus buat yang menuju ke Bangkok. Saya?? Tentu saja tidak dikasih nametag, kan cuma sampai Poi Pet.

Sempat nanya ke kernet busnya “Excuse me, is there anyone going to Poi Pet too, like me?” yang lalu dijawab dengan entah bahasa Inggris tapi saya tidak paham, atau bahasa lokal tapi kok kedengarannya seperti bahasa Inggris ya?! *tanya siapa*, *garuk-garuk kepala sambil nyengir*, *doraemon mana doraemon, jelly penerjemahnya mana jelly penerjemahnya??*. Pas berusaha menegaskan dengan satu kata “Poi Pet?” lalu dijawab dengan Inggris terbata-bata “No. Not here. You go down later. This is not Poi Pet”. Saya cuma bisa kembali garuk-garuk kepala sambil senyum miris karena tidak mendapatkan jawaban yang saya inginkan.

Sekitar 200 meter dari gapura perbatasan Kamboja – Thailand pun saya turun dari bus, dan ternyata cuma saya yang turun di Poi Pet. Sisanya lanjut ke Bangkok. Selama di bus saya duduk di bangku paling depan jadi saya tidak bisa lihat berapa banyak orang yang menerima nametag untuk ke Bangkok. Huft! Angkut daypack dan segera turun dari bus. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 saat itu. Ahh masih banyak waktu lah ya buat mengejar kereta yang pukul 13.55. Santai-santai jalan sambil menikmati suasana perbatasan yang mirip terminal bus atau pelabuhan penyeberangan gitu deh.

Secara Kamboja itu gersang ya, ya sudah pasti panas. Apalagi jalanan aspalnya lebih banyak debunya daripada aspalnya, maka buru-buru lah saya. Celingak-celiguk kanan kiri mencari tulisan imigrasi Kamboja dan berpapasan dengan si kernet bus “Immigration? There!” nunjuk-nunjuk ke suatu arah sambil jalan. Ya sudahlah saya ngekor dia aja. Pengalaman pas melintasi perbatasan Brunei – Malaysia, kernet bus pun pasti akan ke imigrasi buat dicap kan ya?! Makanya ikut saja tuh menyusuri rel kereta api yang terbengkalai.

Baca juga : Roadtrip Brunei - Malaysia: 2 Negara, 8 Cap Imigrasi

Saya pernah baca sih sebenarnya ada kereta Kamboja – Thailand yang dibuka pada tahun 1932. Namun sejak rezim khmer merah berkuasa, karena perbedaan politik,  jalur kereta ini pun dihilangkan. Mungkin berkaitan dengan politik kedua negara yang saya tidak paham. Namun, berharap jika 2 negara ini bisa mengaktifkan kembali jalur kereta antar negaranya pasti lebih keren lagi.

Setelah menyusuri rel kereta, saya pun melihat dari jauh gapura negara Thailand. Wahh. Itu dia. Pas masuk di gedung sebelum gapura tersebut, sudah terpampang tulisan “Immigration of Thailand”. Celingak-celinguk masih mencari bagian imigrasi kamboja sebelah mana ya, kok tidak ada tulisannya? Akhirnya setelah 10 menit berusaha membaca semua tulisan bahasa inggris di gedung itu, fix saya tidak menemukan bagian imigrasi Kamboja. Maka saya datangilah 2 petugas yang sedang berjaga.


Where’s the Cambodia immigration?”
Yes this is immigration, you have to fill the form” lalu saya diberikan form imigrasi Thailand. Ngeliatin form imigrasi lalu mikir “memangnya pelafalan bahasa inggris saya tidak bagus ya sampai nih 2 petugas tidak paham kalau yang saya cari imigrasi Kamboja?” *gigit jari dan langsung merasa tidak percaya diri sama kemampuan bahasa inggris saya*

Sambil nunjukkin paspor berisi cap Kamboja “I have to get stamp from Cambodia first, Cambodia!
Petugas melihat cap kamboja, bolak-balik halamannya lalu ngomong “No, you can not enter Thailand, You must get stamp from Cambodia. Go there, get chop from Cambodia first and you can come back here!” lalu form imigrasinya diambil dari tangan saya. Lhaaa. Perasaan tadi saya ngomongnya begitu deh. *mojok sambil garuk-garuk tembok imigrasi perbatasan Thailand*.

So I already in Thailand? No Cambodia immigration in this building??” berusaha menegaskan.
Yes. Yes. This is Thailand. Cambodia is there, you go there first! Get chop! “ sambil nunjuk-nunjuk ke arah jembatan tempat orang berlalu lalang. Boo.. saya kira semua petugas imigrasi itu bisa paham bahasa inggris percakapan, ternyata tidak juga. *garuk-garuk kepala untuk kesekian kalinya* Huft! Balik arah lalu menuju ke arah yang ditunjukkan tadi. Kali ini saya melewati jembatan, bukan rel kereta api. Barangkali tadi saya kelewatan kantor imigrasi Kamboja karena tidak berjalan melewati jembatan. Mungkin kantor imigrasi Kamboja berjejeran dengan jembatan kali ya. *berpikir positif*.

Setelah melewati jembatan, mata saya mencari-cari  dimana imigrasi Kamboja. Lalu saya melewati gapura “Kingdom of Cambodia” Ahh perasaan tadi saya tidak melewati gapura ini deh. Lagian gapura sebesar itu masa saya tidak lihat sih? Ternyata gapura hanya terbentang di jalan raya, tidak sampai ke bagian rel kereta. Padahal jaraknya cuma 50 meter dari rel kereta? *tanya siapa, tanya kenapa*. Ahh tadi salah fokus saya sama bangunan hotel dan kasino di sisi kanan rel kereta, gapura mah di sebelah kiri. Yaiyalah tidak keliatan. *toyorin kepala sendiri*


Berada di sekitar gapura saya lalu mencari –cari lagi tulisan imigrasi Kamboja diantara tulisan Khmer dan Thai yang bikin kepala saya tambah pusing karena kepanasan. Lalu melihat tulisan “Cambodia Immigration Office”. Agak ragu karena terllihat sepi dari luar, lalu bertanya dengan petugas yang ada diluar gedung. “Cambodia immigration?” Sambil nunjukin paspor. Setelah melihat paspor saya lalu menggeleng “Not here, chop in check point there”. Sambil nunjukin ke suatu arah. Saya masih bingung melihat kearah yang dimaksud sambil garuk-garuk kepala lagi. Masih tidak keliatan tulisan imigrasi kamboja soalnya boo..

Secara ini jalanan ramai banget dengan kendaraan besar dan kecil, dan orang-orang yang berlalu lalang, makanya saya tidak bisa berdiri lama-lama untuk observasi daerah sekitar. Bisa ketabrak euy! Nabrak orang saja sudah beberapa kali. Akhirnya kembali berjalan dan menyeberangi jalanan yang penuh debu, berusaha memperlambat langkah kaki dan berjalan menyusuri sebuah bangunan kayu dominasi putih dan beberapa garis hijau. Berhenti sejenak lalu menatap plang tulisan di atasnya. “Departure” dan logo kerajaan Kamboja.

Masya Allah!! Pantesan saja dari tadi saya melewati bangunan ini tidak ngeh sama tulisannya. Tulisannya bahasa inggrisnya cuma Departure dan Arrival sama logo kerajaan Kamboja. Yaiyalah saya kelewatan. Mikirnya kan tulisan imigrasi antar negara di perbatasan mah pasti besar-besar lah ya. Secara perbatasan gitu lho. Lalu ini bangunannya kenapa mirip konter bus gitu sih? Ya iyalah saya tidak ngeh untuk kesekian kalinya. Masuk di dalamnya juga masih mikir, ini imigrasi Kamboja kan ya?! Lalu melihat beberapa turis asing yang mengantri sambil pegang paspor. Ah bener lah ya. Langsung antri di bagian ASEAN yang cuma 1 antrian. Asoy. Tidak sampai 5 menit paspor saya sudah dicap keluar dari Kambooja. Maaf, saya tidak sempat foto bangunannya. Takut diomelin petugas imigrasinya euy. Hehehehe.

Lalu balik arah buru-buru menuju ke imigrasi Thailand yang kali ini menuju jalan yang benar. Hahahaha. Soalnya waktu sudah menunjukkan pukul 11.30. buru-buru lahh.. kan mau keliling kota Aranyaprathet sebelum naik kereta. Begitu sudah dapat form imigrasi, segera diisi dan menuju ke lantai dua untuk antri imigrasi. Oh ya, antriannya dari lantai 1 sih, tapi sekali dimasukkan menuju tangga lantai 2 langsung lebih dari 10 orang jadi bisa cepat langsung naik ke lantai 2.

Begitu buka pintu lantai 2, Jderrr!! Antriannya!!!! Masya Allah!! Kalau kalian pernah ke objek wisata pas long weekend dan melihat antriannya yang Naudzubillah.. ini sama!! Antriannya bak ular naga panjangnya bukan kepalang!! *garuk-garuk tembok imigrasi Thailand*. Pas masuk, ketemulah sama beberapa penumpang dari bis yang saya naiki dari Siem Reap yang sedang menggerutu “We've got scammed!”. Oh ya. Sebelum turun di Poi Pet, si kernet bus menawarkan jasa untuk membantu cap imigrasi dengan bayaran 5 dollar per orang. Sepertinya sih semua penumpang setuju kecuali saya karena saya memang turun d Poi Pet. Lagipula 5 USD lumayan bisa buat beli air minum dan buah potong juga masih sisa tuh. *otak backpacker kere* wkwkwkwk.
Antrian di lantai 1 sebelum naik ke lantai 2 Imigrasi Thailand
Ternyata, si kernet  cuma membantu pengurusan cap imigrasi di Kamboja saja, yang notabene tidak sampai 5 menit itu. Imigrasi Thailand harus dilakukan sendiri karena peraturan dari negara Thailand yang mewajibkan pemilik paspor tidak boleh diwakilkan. Sepertinya imigrasi Kamboja lebih longgar daripada Thailand deh.

Kembali ke antrian imigrasi Thailand yang sudah mengular naga panjangnya itu. Saya mulai resah sendiri karena mengingat harus mengejar kereta, apalagi jarum jam sudah menujukkan pukul 12.30. Stasiun kereta tuh jaraknya 5 kilometer dari perbatasan Kamboja – Thailand dan harus naik tuk-tuk kesana. PANIK!!! Soalnya tiket kereta beli on the spot, tidak ada online dan kereta berangkat pukul 13.55. Kereta berikutnya berangkat pukul 19.30 boo. Lalu sampai di Bangkok sekitar pukul 02.00 pagi-pagi buta?? Tidak!!

Antrian yang bergerak macam bekicot ini makin bikin tambah mules dan keringat dingin! Dohh.. itu yang di depan pada ngapain sih? Lama aja!! Dan akhirnya saya sampai di depan loket petugas Imigrasi saat jam sudah menunjukkan pukul 13.15. Rasanya tuh sudah pengen lari-lari di tempat buat pemanasan siap-siap tancap gas keluar dari imigrasi.

How many days in Thailand?
5 days, and then I’ll take train to Malaysia
Okay” lalu paspor saya pun mendapat stempel Thailand. “Khob khun kha” kata saya ke petugas imigrasinya lalu langsung tancap gas turun dari lantai 2, keluar menuju jalanan sambil celingak-celinguk mencari tuk-tuk. 

Saya harus berjalan agak menjauhi imigrasi Thailand untuk mencari dan menemukan tuk-tuk dan di depan sebuah supermarket saya pun melihat sebuah tuk-tuk. Langsung dadah-dadah.. eh bukan.. langsung samperin si abang tuk-tuknya 
Train station?
Yes
How much?” 
100baht” 
No, 50 baht” tawar saya. Boo.. masih buru-buru saja kok saya masih sempat nawar harga ya? Hahahaha. Padahal saat melirik di sekitar situ tuk-tuk sepertinya cuma itu yang paling dekat. “80 baht!” kata si abang tuk-tuk. 
No! 60baht!” Bah! Kok saya masih ngotot nawar harga? *tanya siapa*

No. 80baht!” si abang tuk-tuknya tetap ngotot juga. Pas mikir sambil lihat jam di handphone yang sudah menujukkan pukul 13. 20, sepertinya ngotot-ngototan nawar harga harus disudahi demi mengejar kereta. Jadi akhirnya saya menjawab, “OK, 80 baht” lalu tiba-tiba ada colekan di bahu dan sebuah suara lelaki 
Excuse me, my name is XXX (soalnya saya lupa namanya), I’m from Poland. I have a plan to backpacking to Bangkok today. I’m planning to use the train to Bangkok  and ......” yang langsung saya potong karena gemes banget ngomongnya pelan sekali menjelaskan detail backpackingnya. 
Are u going to catch the train to bangkok? Me too
Is this tuk-tuk going to train station? Can we share? How much is the tuk-tuk?. I’ve research it will cost not more than 150baht, if we share.... ... ” 

Boo. Nih orang kelewat sopan sekali dan panjang amat ngomongnya, tidak tahu apa disini udah panik tinggal tersisa 30 menit lagi waktu menuju ke stasiun yang entah berapa lama jaraknya. Takutnya kena scam si tuk-tuknya sengaja muter jauh-jauh biar dia bisa minta tambahan ongkos.
Langsung saya potong lagi omongannya dan bilang, 

Yes, we can share, I already bargain, it’s 80baht” dan langsung omongan saya disambut sama abang tuk-tuk dengan kalimat “for 2 person, 100” 
Ehh apa?? Kok naik? Saya pelototin deh tuh si abang tuk-tuk. 
100?? No! U've said 80 baht"
"80 for one person, 2 person 100" abang tuk-tuknya ngotot.
"100 for tuk-tuk, right?! Not 100 per person??” 
Yes..yes, 100 for tuk-tuk, 2 person” 
100 for 2 person right? Not per person, right?” saya tegasin sekali lagi. 
yes.. yes” jawabnya lagi dan langsung saya jawab 
Okay. Let’s go, we’re late” “No worry, not late” kata abang tuk-tuk sambil menyalakan mesin dan saya langsung ngomong ke si orang polandia  
so, we pay 50baht each for tuk-tuk”. Jam sudah menujukkan pukul 13.30. Akhhh buru!!!
Stasiun Aranyaprathet
Dalam waktu 10 menit, sampailah di stasiun kereta Aranyaprathet, yang mungil nan bersih. Langsung ke loket beli tiket seharga 48 baht. Dan si orang polandia masih mau  ngotot ke petugas loketnya “This is economic train, economic class, right?!” Sepertinya dia takut kena scam karena dia bule sedangkan muka saya mirip orang lokal. Petugas loket pun ngotot “We only have one train, no other train” dan saya pun langsung menempuk pundak si bule dan bilang “This is economic class train, see? The price is 48 baht” sambil nunjukin tiket dengan harga yang tercantum. Baru deh dia tenang.

Sebelumnya memang saya sempat baca soal scam buat para turis asing, namun setelah baca belasan artikel, saya tahu pasti tiket kereta dari Aranyaprathet ke Bangkok saat ini (Maret 2017) cuma punya 1 harga, harga ekonomi seharga 48 baht. Kelas bisnisnya sudah dihapus sepertinya karena tidak laku. Lagipula turis asing yang naik kereta dari sini seperti saya dan si orang Polandia itu sangat jarang. Mungkin karena jalur bus Siem Reap – Bangkok lebih mudah karena perbedaan harganya tidak terlalu signifikan. Saya yang sengaja duduk dekat jendela pun memperhatikan penumpang yang keluar masuk stasiun dan naik ke kereta ini semuanya orang lokal. Sepertinya hanya saya dan dia yang turis asing di kereta ini.

Akhirnya bisa bernapas lega di dalam kereta, tepat 10 menit sebelum berangkat. Sempat beli teh susu khas thailand dan entah salad sayur yang bentuknya mirip gado-gado plus asinan apa yang dibeli si travelmate dadakan ini karena dia ternyata vegetarian.
Kereta Aranyaprathet - Bangkok

Suasana dalam kereta Aranyaprathet - Bangkok
Ya ampun. Huru-hara amat ya di perbatasan Kamboja – Thailand. Tapi seru lahh. Alhamdulillah meski sempat deg-degan ketinggalan kereta, ternyata semua rencana lancar jaya euy. Mari menikmati perjalanan 6 jam ke Bangkok. (EKW)

18 comments:

  1. wah ngeri juga ya kak klo ada huru hara pas ngetrip begini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang penting tetap tenang.. semua masalah pasti akan selesai kok..

      Delete
  2. Bacanya jd ikut ngos2an mbak wkwkwk.
    Doh roaming bahasa memang jd kendala sendiri ya, apalagi ini notabene negara yg sering dikunjungi turis. Tp bahasa inggrisnya bisa roaming :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nahh saya mikirnya juga begitu mas.. ternyataaa kenyataan berbicara lain di lapangan..

      Delete
  3. Seru juga ni perjalanan di luar negerinya..
    Pasti akan jadi cerita yang menarik sepulang ke Tanah Air..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di semua perjalanan pasti ada banyak hal seru untuk dituliskan kok.. maka mengembara lah.
      Hehehehe

      Delete
    2. Yup.. Benar..
      Saya juga pernah ngalamin walopun skalanya lokal; g kayak situ yg udah internasional.. hehe

      Btw, habis baca judulnya sekilas dikira terjebak di tengah tawuran/demonstrasi hlo.. wkwk

      Delete
    3. saya belum banyak mengembara kok, masih secuil..

      Judulnya sengaja dibikin seperti itu cuma buat pancingan dibaca atau tidak artikel yang lebih dari 1200 kata ini. hehehehe..

      Delete
    4. Situ secuil berarti saia mah seupil.. wkwk

      Hmm..
      Dan selamat.. Anda berhasil dengan teknik tersebut.. hehe

      Delete
  4. wow serunya jadi mo piknik lagi...thailand salah satu destinasi next travelling

    ReplyDelete
  5. dari awal pas roaming bahasa jadi udah capek duluan. ahhaha. padahal sesama ASEAN. ya iya juga sihi, nggak semua pake melayu. sering kali kejadian di imigrasi juga bikin spanneng.
    btw ituuuu kebersihannya lebih lebih (jorok) dari indonesia ya. bener-bener ngetrip buat muda mudi ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. berhadapan sama imigrasi memang suka ngeri-ngeri sedap lah
      kebersihan dalam kereta ya? yaaa begitulah.. mumpung masih muda, dinikmati saja. buat cerita anak cucu.
      hehehe

      Delete
  6. Perasaan panik gak nemuin tempat itu kalo terjadi bikin keringet dingin. Tapi kalo udah, jadi cerita lucu haha. Aku juga sering nemuin situasi nyari tempat orang ngasih tahu main tunjuk. Sampe streees. Btw, aku penasaran di perbatasan gak kena palak petugas ya? secara aku sering denger kl lewat darat suka dimintain duit 1 dolar gitu hehe

    ReplyDelete
  7. challenging sekali yaa 😆 memang kalo beda bahasa apalagi sama yang bukan native english tuh rentan miskom, kudu sabar. tapi seruu haha. bisa survive aja udah keren!

    ReplyDelete
  8. Jagoan, ka..
    Aku uda stres kalo ga ngerti bahasa. Tapi kudu tetep berjuang yaa.. Apalagi pas bargain tuktuk ini.
    Tapi sebagai foreigner, kalau agak tinggi nadanya, masi terbilang aman kah?
    ((mau cosplay so galack kaya mas bule, tapi akutu gada bakat)) hiiks~

    Luar biasa, ka Endah.
    Perjalanan bener-bener bikin kaya pengalaman dan menjadikan seseorang bijak yaa..

    ReplyDelete
  9. Untuk saya yang penakut dan suka ragu, bukan pilihan yang baik traveling sendirian, selain terkendala bahasa saya juga suka malu bertanya, hehehe

    ReplyDelete