Wednesday, September 7, 2016

TERHENTI SEJENAK DI HUTAN ELTARI

Saya dan team liputan sudah 3 hari mondar-mandir di kawasan kota Kupang untuk liputan 2 narasumber yang bergerak di bidang lingkungan dan kesehatan. Tiap hari keliling kota untuk bertemu beberapa narasumber sekunder lainnya pun membuat saya berkali-kali melewati jalan yang sama. Setiap hari pula itu saya melihat keluar jendela mobil melihat kawasan hutan kering di beberapa titik di kota Kupang, kabupaten Kupang, bahkan hingga ke kabupaten Timur Tengah Selatan.

My team and I have been stayed for 3 days in Kupang city to cover some stories about nature and health. Every day we were circling the city to meet some of our news sources and make us crossing the same path, over and over again. Every day I saw through my car window there is some dry forest at several area in Kupang city, Kupang regency and down to Timur Tengah Selatan regency that took placed about 4 hour car drive.

Hutan kering di sekitar Bandara Eltari, Kupang

Hutan-hutan itu meranggas, daun-daun berguguran satu demi satu dan menyisakan pepohonan yang hanya terdiri dari cabang dan ranting dan sedikit daun yang seolah berusaha sekuat mugkin untuk tetap bertengger di rantingnya. "Disini sudah lama tidak hujan, bahkan di kabupaten Timur Tengah Selatan sudah hampir 2 tahun tidak ada hujan deras" tutur salah satu narasumber saya.

Those forests withered, the leaves are falling one by one, leaving the trees consisting only of branches and twigs and the leaves bend over just to remain perched on the branches. "There’s no raining for a long time, even in the Timur Tengah Selatan regency there’s no heavy rainfall for almost 2 years” said one of my sources.

Ya, hutan ini mugkin nyaris mati. Namun otak saya masih dipenuhi bayangan betapa cantiknya hutan itu jika diabadikan dalam sebuah frame foto. Cantik karena ia tidak sempurna, karena ia tidak abadi, karena (mungkin) sebentar lagi ia akan menghilang, sama seperti makhluk lainnya di dunia fana ini.


Yes, this forest probably almost died. But my brain was filled with visions how beautiful the woods are if I could captured it with my camera. Beautiful because it was not perfect, because it was not immortal, because (perhaps) soon it would disappear, just like all other creatures in this world.

Ini hari terakhir saya di Kupang, setelah 6 hari berjibaku dengan tugas. 
Kendaraan sudah mengarah menuju bandara Eltari saat saya melewati kembali hutan itu. "Tolong stop di depan situ ya" pinta saya kepada Moses, supir di Kupang yang senantiasa menemani perjalanan team kami di Kupang. "Sayang rasanya kalau pulang belum foto hutan ini. Dari kemarin-kemarin sudah gatal tangan saya ingin mengabadikan hutan kering ini" disambut dengan ungkapan senang fotografer yang juga ternyata ingin mengambil foto disini.

This is my last day in Kupang, after 6 days of struggling with the job assignment. Our car already heading  to the airport of Eltari when I passed back through those forests again. "Please stop here" I asked to Moses, the car driver who always accompanies our job assignment in Kupang. "I will feel so lame and depress if I went home without captured the forest. I’m dying to do those days ago since the first time I saw this dry forest”. My request was greeted with a happy expression of photographer who also apparently wants to take the photo here.

Hutan Kering di sekitar Bandara Eltari Kupang
pepohonan kering di sekitar bandara Eltari, Kupang

Hutan ini kering. Hutan ini panas. Hutan ini (mungkin) nyaris mati. Tapi itu semuanya tidak membuat kecantikannya hilang. Sambil mengabadikannya, saya hanya bisa berdoa dalam hati, semoga hutan ini bisa terus hidup, semoga jika saya kembali lagi kesini hanya akan ada hijau yang menyelimuti batang coklatnya yang segar. Semoga hutan ini tidak terhenti disini. Semoga hutan ini tidak akan menjadi sekedar memori di masa depan lewat sebuah pigura foto. Semoga hutan terus hidup hingga akhir zaman. (EKW)

This forest is dry. The forest is hot. This forest (perhaps) almost died. But it all does not make its beauty lost. While captured it, I can only pray silently, hopefully this forest can continue to live, hopefully if I come back here someday there will be only green that adhere the fresh brown stems. Hopefully this forest does not die here. Hopefully this forest will not be just a memory in the future through my picture frame. Hopefully the forest continues to live until the end of time. (EKW)

4 comments:

  1. hutannya intagramable banget yaa. kering kerontang tapi apik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. foto2 disini memang yahud banget..
      sayang saya cuma punya sedikit foto disini..

      Delete
  2. Replies
    1. 2 tahun gak ada hujan deras, kadang ada gerimis tapi sangat jarang sekali..
      kering, tandus dan panasnya minta ampun disana..

      Delete

Popular Posts