MENGEJAR WAT ARUN DAN KANTOR POS

Biasanya kalau pergi kemana pun saya hampir tidak pernah mengirimkan kartu pos kepada siapapun. Namun traveling ke Bangkok saya sedang ingin mengirimkan beberapa kartu pos ke teman termasuk ke diri saya sendiri. Hitung-hitung kartupos itu saya anggap souvenir dari suatu tempat. Ceritanya sih lagi mau bikin kebiasaan baru mengumpulkan kartu pos lagi secara dulu saya punya mimpi untuk traveling juga karena sering lihat gambar-gambar bagus di kartu pos.

4 kartu pos saya dapatkan saat mengunjungi kuil Wat Pho. Namun karena di sekitar Wat Pho tidak saya temui kantor pos buat beli perangko maka saya simpan terlebih dahulu. Alhamdulillah pas ke Grand Place, di antara loket tiket masuk dan pintu masuk ada kantor pos yang buka disana. Langsung deh kirim 2 kartu pos buat diri saya sendiri. Sempat juga lihat-lihat kartu pos yang dijual disana seharga 10-50 baht. Namun karena belum tahu akan dikirimkan ke siapa, saya jadi mengurungkan niat untuk membelinya lagi.

2 kartu pos lainnya saya berniat mengirimkannya ke teman yang memang suka mengumpulkan dan mengirimkan kartu pos juga. Malamnya saya posting di akun twitter saya @endahkwira. 2 orang teman pejalan pun langsung membalas. Yeay! 2 kartu pos pun siap dikirimkan ke Jakarta esok hari sebelum pulang ke tanah air.

Sayangnya, saya lupa memperhitungkan bahwa kantor pos itu bukanlah kantor yang bisa ditemui di sudut jalan manapun macam minimarket.

Hari terakhir di Bangkok, tujuan utama adalah ke kuil Wat Arun yang terletak di pinggiran sungai Chao Phraya. Saya berusaha memaksimalkan waktu terakhir ini karena pesawat balik ke Jakarta pukul 19.00. Positive thinking bahwa di Wat Arun bakal ketemu kantor pos atau minimal toko yang jual perangko membuat saya bangun pagi dengan malas-malasan. "Ahh.. hari ini cuma ke satu tempat itu aja kok lalu tinggal cari kantor pos sekalian berangkat ke bandara" pikir saya sambil nongkrong berlama-lama di resto hostel buat sarapan.

Sepanjang perjalanan menuju Wat Arun mata saya tak hentinya mencari-cari mungkinkah ada kantor pos kecil yang nyempil di pojokan jalan. Tapi hingga tiba di pelataran dan pintu masuk kuil Wat Arun, saya masih belum menemukan kantor pos atau pun toko yang menjual perangko. Padahal mah banyak kotak pos bertebaran di pinggir jalan. Hiks. Bagaimana mau mengirimkannya kalau tidak ada perangko? *nangis di pojokan kuil* 

Yasudahlah. Nikmati dulu kuil Wat Arun ini. Kuil berwarna dasar putih ini punya nama lengkap Wat Arun Ratchawararam Ratchawaramahawihan ini lebih dikenal warga lokal sebagai Wat Chaeng yang artinya kuil fajar. Kuil ini sudah cukup tua dan dibangun pada tahun 1768, namun tidak setua Wat Pho yang dibangun pada tahun 1688 (beda 80 tahun).
ceritanya sih mengabadikan Wat Arun.
Ala-ala gadis Thailand
Disini pun saya sibuk berkeliaran sambil jepret sana jepret sini sambil mengusap peluh di  jidat yang bolak-balik mengalir dengan deras. Emang ya, semua kota dekat sungai, danau apalagi laut pasti panasnya amit-amit cabang olahraga deh! Apalagi kuil ini berwarna dasar putih, lengkaplah sudah silau dan panas yang berpantulan ke segala arah. Huft! *pijit-pijit mata yang kelelahan dan mulai berkunang-kunang*   

Setelah puas menikmati Wat Arun, saya masih punya PR untuk mencari kantor pos. Ahh.. baru ingat! Kalo tidak salah di stasiun BTS Mochit ada tourist information center yang jual kartupos, mungkin disana jual perangko juga, pikir saya. Toh kesana juga searah dengan menuju bandara karena di stasiun itulah kita akan menunggu bus menuju ke bandara. Dan beberapa saat kemudian saya sudah duduk manis dalam BTS menuju ke Mochit.
Pulang yuks pulang! 
Sesampai di Mochit, langkah kaki segera menuju ke information center dan melihat ada pajangan kartu pos langsung senang. Kalau ada kartupos berarti kemungkinan besar jual perangko juga dong. Masuk ke dalam dan langsung nodong "Excuse me, did you have stamp here?" sambil menikmati ademnya ruangan ber-AC ini. "Yes, you could just pick one over there" katanya sambil nunjuk ke deretan kartu pos.

Mbak, mbak.. saya mau nyari perangko woy.. bukan kartu pos! Gak lihat nih sya sudah megang 2 kartu pos? Dan ternyata disitu gak jual perangko dong! *manyun* Tapi si mbaknya menyarankan untuk mencari di Chatuchak park yang letaknya persis di seberang stasiun Mo Chit ini atau stasiun MRT yang letaknya di bawah Chatuchak park. Hmm. masih ada harapan. Mari kita cari kantor pos di Chatuchak. 

Keliling di Chatuchak Park plus stasiun MRT yang AC nya lebih cenderung terasa hangat ketimbang dingin itu, tengah hari bolong sambil bawa-bawa ransel pula, itu luar biasa perjuangan ya. Kepala saya sudah mulai pusing karena udara panas dan beban di bahu yang sepertinya kok makin berat ya?!

Oh ya pasar Chatuchak hari itu (Rabu) tutup, karena pasar ini cuma buka di weekend saja. keliling hampir satu jam sambil nanya-nanya orang yang kebanyakan tidak mengerti apa yang saya cari dan tidak berhasil menemukan kantor pos itu bikin saya keki dan nyaris menangis di depan pintu masuk pasar Chatuchak. Huah! bagaimana ini?? Sudah janji mau kirim kartu pos dari Bangkok! *nangis sambil acak-acak jalanan* 

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat. Sudah saatnya menuju ke bandara, meski jadwal terbang ke Indonesia masih pukul 19.00. Saya sudah pasrah waktu itu, kemungkinan kartupos akan dikirim dari Jakarta kepada 2 teman yang juga ada di Jakarta. Maka begitu bus menuju bandara muncul, saya pun segera  naik sambil tetap manyun dan kipas-kipas dengan 2 kartupos tersebut. Duh. Maafkan akooh duhai teman-temanku jika kartupos ini dikirim dari Jakarta ya.

Sekitar 45 menit kemudian sampailah di bandara Don Mueang, Bangkok. Begitu masuk gedung, langsung nanya petugas dimana tempat check in dan pintu masuk imigrasi dan langsung ditunjukkan arah menuju ke bagian imigrasi karena saya sudah melakukan web check in. Kemudian entah kenapa, mendadak iseng saya bertanya, dengan menunjukkan kartu pos, "Do you know a place where I could buy stamp to sent this postcard?"

Tak dinyana, sang petugas pun menjawab "Ohh. you could sent it on post office right there" What?? What?? Ada kantor pos di bandara?? serius?? "On this building??" Saya berusaha menegaskan dan menyakinkan diri sendiri dan petugasnya. "Iya, Mbak! Nohh, jalan aja terus kesana terus belok kanan. posisinya sebelum sevel tuh". kata petugasnya kalau bisa bahasa Indonesia. Wkwkwkwk. 

Langsung berjalan cepat menuju tempat yang dituju karena kata petugas 5 menit lagi tutup tuh kantor pos. Udah jam 4 sore waktu setempat boo.. Begitu sampai depan kantor pos saya langsung menyodorkan 2 kartu pos itu dan merengek lebay, "Please!!! could I sent this postcard to Indonesia???"

Petugas kantor pos menatap saya lalu mengambil 2 kartu pos sambil mengamati alamat yang tertera. "Ok! 30 baht for 2 postcard". Yes!!! Kartu pos sukses terkirim dari Bangkok.

Alhamdulillah! Alhamdulillah! Alhamdulillah! Plong rasanya melihat kartu pos itu ditempeli perangko, dicap dan digabungkan dengan beberapa paket dan surat lainnya. Bye bye kartu pos, semoga selamat sampai tujuan! Akhirnya bisa pulang ke tanah air tanpa beban! (EKW) 

PS. 
Hingga bulan awal Oktober 2016, satu kartu pos ternyata belum sampai ke tujuannya. duhh.. nyangsang dimana ya tuh kartu pos. Gak tahu apa bagaimana perjuangan saya nyari-nyari kantor pos disana? *tanya siapa* *tanya kenapa*


Comments

  1. Wat arun ini kayak nya dah bertaun2 di renovasi tapi ngak kelar2, kmrn april kesana juga blm kelar ihik ihik

    ReplyDelete
    Replies
    1. ohh gitu yaa, om cumi
      sy memang lihat beberapa blog tentang wat arun dan selalu saja sedang dlm proses renov..
      kira2 ngerenov apa ya sampai selama itu??

      Delete
  2. wih bangkok, jadi kangen bangkok terakhir kesana 2014 lalu :(

    ReplyDelete
  3. Aku suka ngumpulin postcard juga tapi belum pernah kirim dari luar negeri ke diri sendiri. Seru juga ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. ini juga ujicoba perdana ngirim buat diri sendiri dari luar negeri.
      hehehehe..

      Delete

Post a Comment