SOMPLAK MOMEN DI EDAM

Dengan jumlah pulau mencapai 362 pulau, menjelajahi wilayah kabupaten Kepulauan Seribu seakan tidak ada habisnya. Setiap saat saya selalu mendapatkan tawaran menjelajahi pulau yang bahkan saya tidak tahu kalau pulau itu sebenarnya ada. Seperti pulau Edam atau yang di peta dan penduduk sekitar pulau tersebut mengenalnya dengan nama pulau Damar Besar. Saya tertarik karena menurut teman saya, di pulau ini terdapat mercusuar. Wahh.. ada pulau di Jakarta yang punya mercusuar toh. Baiklah. Mari kita kesana.
Perjalanan yang dimulai dari pelabuhan nelayan Muara Kamal ini pun menempuh sekitar 45 hingga 60 menit dengan menggunakan perahu sewaan. Semakin mendekati pulau, penampakan mercusuarnya pun semakin terlihat, yang terletak di ujung pulau dengan rimbunan pohon yang terlihat cukup rapat. Semakin mendekat ke pulau, saya takjub. Sebagai salah satu pulau yang terdekat dengan wilayah Jakarta Utara yang sedikit banyak tercemar itu, pantai dan laut di sekitar pulau ini ternyata cukup bersih dan jernih. Pasir putih dengan air laut jernih memang bikin hati sumringah.

Mendarat di pantai pulau Edam, sayangnya tidak sejalan dengan lautnya yang jernih. Cukup banyak tumpukan sampah plastik, sytrofoam dan sampah-sampah anorganik lainnya yang teronggok disini. Jadi heran sendiri, bagaimana lautnya bisa jernih dan pasirnya tetap putih ya?! *tanya siapa*.

Kita pun segera menuju ke mercusuar yang sudah merayu-rayu memanggilku. *Lebay mode ON*. hehehe. Sesampai disana, seorang juru kunci bernama pak Kosasih sudah menanti kami dan berpesan untuk tidak banyak ngobrol selama menaiki mercusuar, setidaknya kalau mau ngobrol, sebaiknya dengan suara perlahan. "maksimal 15 orang dulu ya" pesan pak Kosasih. Kita pun mengangguk setuju dan mulai memasuki mercusuar.

Sedikit cerita tentang mercusuar ini yang dibangun pada tahun 1879 oleh Willem III dari kerajaan Belanda. Mercusuar setinggi 56 meter atau setara dengan gedung 17 lantai ini dibangun sebagai pemandu bagi kapal-kapal yang akan memasuki teluk Jakarta. Pulau Edam ini juga bahkan pernah menjadi tempat pembuangan penguasa Banten yang sewenang--wenang bernama Ratu Syarifa Fatimah pada tahun 1750-1751. Sebenarnya banyak cerita sejarah di pulau ini. Sayangnya saya dan teman-teman tidak memiliki banyak waktu sehingga belum sempat mendengarkan cerita sejarah lainnya.

Sesampai di atas, pemadangan indah telah menanti. Buat yang takut ketinggian tidak disarankan menaiki mercusuar di lantai teratas karena hanya ada pagar setinggi pinggang disana. View di atas yang cukup spektakuler, perpaduan hijaunya hutan pulau edam berpadu dengan birunya langit dan laut bikin betah untuk berlama-lama di atas. Sayangnya, ada beberapa kelompok di bawah yang juga menanti giliran untuk menaiki mercusuar ini. Jadi, 15-30 menit di atas dirasa cukup untuk menikmatinya. 

Sampai di bawah, kami memutuskan untuk berkeliling di sekitar pantai sambil menunggu makan siang yang belum kunjung datang. Sambil menapaki sedikit wilayah pasir putih yang bersih, saya pun sibuk mengambil gambar dan video, merekam sedikit keindahan pulau ini. Sambil berjalan, saya pun berhenti sejenak untuk melihat hasil gambar di LCD kamera. Ternyata, hampir semua hasil gambar gelap! Huah! serius nih?!. Padahal lightmeter di kamera sudah menunjukkan angka 0, seharusnya pencahayaan pas dong ya. Bahkan saat saya mencoba menggunakan mode Auto pun hasil di LCD pun tetap gelap. Huahh! Nangis sambil ngacak-ngacak sampah di pantai pulau Edam.

Berdiri di bawah matahari sambil mengacak-ngacak menu kamera namun hasil yang terlihat tetap gelap. Saya pun hampir menangis karena berpikir kamera error bahkan rusak! Peluh di kening pun perlahan turun ke mata yang membuat perih sehingga saya pun menanggalkan kacamata untuk mengucek mata yang perih karena kemasukan keringat *atau kamuflase karena mau nangis ya?!* hehehe..

Pas sedang mengucek mata kanan dengan punggung tangan sambil memegang kacamata, tak sengaja mata kiri memandang LCD kamera yang masih terpampang gambar pantai. Lho?! kok gambarnya mendadak terang, tidak gelap. Coba-coba melihat ke semua gambar ternyata hasilnya bagus euy! Lho kok bisa?! Tanpa sengaja mata saya memandang ke tangan yang memegang kacamata. dan ASTAGA!!! saya lupa kalau tadi mengganti kacamata biasa dengan SUNGLASSES saat keluar dari mercusuar tadi. Endah Somplak!!! yaiyalah tuh gambar di LCD jadi gelap semuanya. Lha dilihatnya pakai sunglasses!! *berasa bodoh tingkat dewa* Jadi ketawa-ketawa sendiri di pantai. Dodolnya diriku.

Bersyukur ternyata kamera baik-baik saja. Huft! Baiklah. Mari kita menikmati saja alam pulau Edam atau Damar Besar ini. (EKW)

Comments

  1. Aku blm kesampean kesini, sempet denger nama nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. yukss kesini lagi juga saya mau..
      belum sempat berenang-renang cantik di pantainya..

      Delete
    2. Wehhhh jadi ngak berenang manja tru sngapain aja disana heheheh

      Delete
    3. main-main air dikit ama ngadem di bawah pohon mas cum..
      hehehehe...

      Delete
  2. kalau ga salah, saya pernah melihat tempat ini di acara MyTripMyAdventure
    tempatnya sangat bagus dan bikin menggoda :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. banget mas robby.
      saya tertarik kesini karena mercusuarnya yang ternyata keren bangets

      Delete
  3. Replies
    1. kemaren sih waktu kesana cuma ada 2 team yang masuk ke pulau ini. Lagipula pulau ini dilarang buat kemping karena mercusuarnya masih berfungsi untuk mengarahkan kapal-kapal yang masuk di wilayah perairan Jakarta

      Delete
  4. kak...mau tanya dong, kalau kesana cuma berdua atau bertiga aja kira2 bisa gak yah?? sewa kapal dari kamal kesana kenna berapa kakk perkapal harganya? makasih kakk mohon infonya yah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya bisa.. yang bikin mahal cuma sewa kapalnya aja sekiar 600-800rban.. tp klo ada team yg mo kesana mungkin bisa minta ikutan dan sharecost biaya kapalnya..

      Delete

Post a Comment