Wednesday, February 11, 2015

SEBUAH CERITA DARI SEPENGGAL SURGA DI PESISIR BARAT


Perjalanan kali ini dimulai dengan sebuah percakapan antara saya dengan seorang nelayan di dermaga Kuala Stabas, Krui, Kabupaten Pesisir Barat, provinsi Lampung.
Kapal bercadik di sekitar dermaga Kuala Stabas, Krui
Saya : "Disini pelabuhan buat menyeberang ke pulau?"
Nelayan : "Iya, Mbak mau ke pulau?"
Saya: "Iya, Kapalnya ada?"
Nelayan : "Tuh kapalnya" (nunjuk kapal dengan nama Pulau Carita)
Saya : "Ohh.. Terima kasih" (terus nyamperin tukang kapal buat nanya jadwal berangkat dan booking tempat)

Nelayan: "Udahan Mbak?"
Saya : "Udah Pak"
Nelayan : Tahu darimana pulau itu? Kok baru sekarang mana? Angin dan ombaknya lagi gede banget nih"
Saya : Oh ya?! Lagi musim hujan sih ya"
Nelayan: "Iya, 2 hari yan lalu kapal saya baru terbalik di tengah laut pas mengangkut penumpang dari pulau itu kesini"
Saya : "Hah!! Serius???"
Nelayan : Iya, ada sekitar 30-an penumpangnya, tapi tidak ada yang meninggal kok. semuanya pada jago berenang. jadi mereka bisa mengapung di laut selama 2 jam sebelum dijemput kapal lainnya. Terus kapal saya bisa ditarik kembali kesini".
Saya :"Ohhhh!! Kayaknya saya butuh pelampung nih, secara saya tidak jago berenang. Paling cuma bisa mengapung sekitar 10-15 menit saja."
Nelayan: "Waktu itu sih kapal saya memang overload. Kalau sekarang mah tidak akan lebih dari 10 orang kok."
Saya: "Ohhh.." (Lagi) "Trus kapal bapak yang mana?"
Nelayan : "Itu, si Pulau Carita yang nanti Mbak tumpangin ke pulau. Saya pamit ke pasar dulu ya, mau ngambil barang. Permisi"
Saya : (Bengong dan diam seribu bahasa)

Sumpeehh lo kapal yang mau saya naikin baru kebalik di laut 2 hari yang lalu???? Tidakkk!!!! 


Baru kali ini saya merasa sangat menyesal berbincang dengan penduduk lokal. Mimpi apa saya semalam sampai-sampai pagi ini saya akan berlayar dengan kapal yang baru kebalik beberapa hari yang lalu. Hadeuuuhhh.. *garuk-garuk kepala*  Rasanya ingin menangis saja saat itu.

Saya mengetahui keberadaan pulau Pisang ini secara tidak sengaja saat teman saya membeli koran lokal terbitan tanggal 4 Januari 2015. Di rubrik travelling terpampang jelas judul "Sepenggal surga di Krui" yang sangat menarik perhatian. Gambar pulau dengan pasir putih tentu saja akan menarik perhatian siapapun.

Dari pasar Krui menuju pelabuhan Kuala Stabas bisa ditempuh dengan jalan kaki. Di depan SD no 1 Pasar Krui terdapat jalan menuju ke pelabuhan Kuala Stabas yang berjarak sekitar 250 meter.

 Kapal yang digunakan untuk menyeberang adalah kapal nelayan bercadik atau memiliki penyeimbang di kanan dan kiri. Awalnya saat melihat yang akan menyeberang cuma saya, teman saya dan satu orang penduduk yang akan ke pulau, saya tidak terlalu khawatir. "Beban kapal dikit lah yaa" pikir saya saat itu.

Namun selama sejam menunggu, saya mulai melihat berbagai barang mulai dimasukkan ke dalam kapal dan saya pun mulai khawatir. Bayangkan, barang yang dinaikkan bukan hanya karton supermi dan telur, tapi juga bergalon-galon minyak goreng ukuran 10-15 liter/ jerigen dan berkarung-karung beras ukuran 25 kg. Hadeuuhhh.. Mendadak panik mode ON.
Dibalik plastik biru itu terdapat puluhan bahkan ratusan barang kebutuhan warga pulau Pisang
Barang-barang tersebut adalah barang-barang kebutuhan dari warga pulau pisang yang dibeli oleh keluarga/saudara mereka di Krui dan dikirim hampir setiap hari ke pulau. "Hari ini pesanan barang agak banyak karena 2 hari sebelumnya tidak ada kapal menyeberang kesana karena ombak terlalu besar" jawab seorang nelayan saat saya tanya soal barang-barang tersebut. Orangnya sedikit tapi barang bawaannya banyak mah sama aja bisa overload berat nih..

Dengan membaca semua doa yang saya tahu dan berusaha mengingat kata bapak saya yang seorang pelaut bahwa perahu bercadik memiliki keseimbangan lebih baik dari perahu biasa dalam menerjang ombak, akhirnya saya pun naik dan dimulailah perjalanan menembus ombak. 

Perjalanan 45 menit ini saat menyeberang ditemani ombak setinggi 1-2 meter itu sumpah ya terasa lamaaaaaa sekaliiiii.... Beberapa kali saya harus menahan nafas dan bersiap untuk berenang ketika posisi kapal berada di bawah ombak. Hadeuhhh.. Stress mode ON.

Begitu di horison muncuk sepenggal daratan, hati saya masih belum sepenuhnya tenang. Ombak lebih besar bisa sewaktu-waktu datang dan menggulung kapal ini. Ketika deretan pohon kelapa semakin tampak dan hamparan pasir putih semakin terlihat, raut muka saya yang awalnya diusahakan sedatar mungkin kini mulai tersenyum ceria. Saya tidak hanya senang ketemu daratan, tapi pantai pulau pisang ini pasirnya putih pake banget dan air lautnya juga jernih pake sangat. Warna hijau tosca di pinggir pantai bikin senyum saya terkembang selebar-lebarnya. Hiyaaahh!!! Pantainya cantik sekaliiiii... Dan rasa stress pun hilang dalam sekejap melihat pemandangan tersebut.

Akhirnya bisa senyum lagi setelah lihat pulau cantik disana tuhhhh.. 
Mendarat dengan sukses
Salah satu bagian pantai pulau pisang yang dangkal dan berarus tenang
bagian lain pulau yang berarus kencang namun memiliki terumbu karang
Jika ingin snorkling, harap bertanya kepada penduduk bagian mana yang aman.
Pulau Pisang merupakan satu-satunya pulau yang berada di wilayah kabupaten Pesisir Barat, provinsi Lampung. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 200 hektar dengan struktur geografis  mulai dari pantai berpasir putih hingga pantai tebing berkarang di bagian lain pulau.

Sayangnya karena hujan gerimis yang terus menerus mengguyur, saya hanya sempat berkeliling di jalanan utama pulau pisang pada jam 5 sore. *payung mana payung*. Pulau pisang ini memiliki 6 desa, 3 desa berada di bawah, dekat dengan pantai, 3 desa lainnya berada di areal atas atau perbukitan. sebagian besar penduduk pulau Pisang terkonsentrasi di 3 desa di bawah, sedangkan 3 desa diatas sudah mulai sepi dan ditinggalkan penduduknya, hanya sebagian kecil yang tetap tinggal sehingga lebih dari separuh rumah di 3 desa diatas dalam keandaan kosong.
Kebun Kelapa

Kebun cengkeh
Sebagian besar rumah di 3 desa di atas berbentuk panggung namun kosong tak berpenghuni
Suasana salah satu desa di dekat pantai
salah satu pemandangan favorit saya di pulau Pisang
Anak kambing ini lucuuu..!!! 
Di pulau Pisang listrik menyala hanya dari jam 5 sore hingga jam 10 malam, dengan menggunakan genset. Sinyal telepon yang ada di pulau ini hanya Telkomsel, Indosat dan XL. Selama disana, fitur HP saya lebih banyak menggunakan flight mode demi menghemat baterai. Sebelumnya baterai kamera dan powebank kapasitas 8800 juga sudah terisi full sehingga saya tidak terlalu membutuhkan listrik untuk mencharge peralatan elektronik.

Penduduk pulau pisang sangat ramah sekali. Saat berkeliling menelusuri jalanan desa, mereka selalu mengundang saya dan teman saya untuk mampir dan berbincang dengan mereka. Kebetulan saat itu hanya kita berdua penduduk yang berasal dari luar pulau. Andai saja saat itu masih siang, mungkin saya akan menyempatkan waktu untuk bercengkerama dan berbagi cerita dengan mereka.

Menjelang magrib, seorang penduduk yang kami temui saat baru mendarat di pantai, Ibu Nurwahdani dan Bapak Tuzakki mengundang kami untuk bermalam di rumahnya. Awalnya kami meminta izin untuk membuat tenda di depan rumahnya, dibawah deretan pohon kelapa, serta meminta izin jika hujan kami akan menggunakan teras rumahnya untuk mengungsi. Namun mereka khawatir akan hujan badai di malam hari yang akan merubuhkan tenda kami. Jadilah kami menginap di rumah beliau. Terima kasih banyak!! :))

Berbagi cerita dengan ibu Nurwahdani dan Pak Tuzakki sambil membantu memetik cengkeh di halaman belakang kios rumahnya merupakan momen paling terbaik yang saya rasakan di pulau ini. Waktu sehari semalam mengunjungi pulau ini ternyata tidak cukup bagi saya. Pulau cantik dengan penduduk yang sangat ramah ini telah menjadi salah satu destinasi favorit saya. Sebelum pulang, pak Tuzakki berpesan jika ingin main ke pulau pisang lagi, sebaiknya antara bulan Maret hingga September, disaat ombak laut jauh lebih tenang. Untuk yang satu itu, saya setuju 100%. Hehehehehe. (EKW)


16 comments:

  1. Wah, Pulau Pisang
    pernah dibahas di TV - TV nih, dapat ikan marlin gag disana, haha?

    Rutenya gimana ndah? ngeteng apa pake mobil travel?

    ReplyDelete
    Replies
    1. yoi.. keren banget nih pulau pokoknya..

      Rute gampang kok.. dr terminal Rajabasa, Lampung naik bis Krui Putra ke Krui, hrga 60Rb, turun di pasar krui dan tinggal jalan kaki ke dermaga Kuala Stabas buat naik perahu ke pulau seharga 20 ribu.. kapal berangkat antara jam 8-11 pagi setiap hari.. klo kesiangan/kesorean nyampe krui, cari aja pantai berpasir putih buat ngecamp.. :)

      Delete
    2. Mba mau nanya, kalo di pulau pisangnya ada homestay ga? Berapaan ya permalam? Atau ada saran akomodasi selain camp kah? Thx

      Delete
    3. homestay sih sebenarnya tidak ada namun ada beberapa rumah penduduk di pinggir pantai bisa dijadikan penginapan. Bisa langsung bertanya kepada yang punya rumah apakah mereka mau rumahnya dijadikan semacam homestay.. waktu itu saya ada yang menawarkan rumah untuk dijadikan penginapan semalam sekitar 300-500rb..

      semoga membantu

      Delete
  2. udah ke krui tapi gak ke pulau pisang. ketinggalan perahu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahhh kok bisa?! Mba Riana kesiangan ya?!

      Mudah-mudahan lain kali bisa kesana ya.. :)

      Delete
    2. waktu itu hambatan sedikit, pas di tanjakan sedayu (yang belok2 sebelum masuk hutan) ada truk guede banget yang malang di jalan. jadi macet gak keruan di sana.

      Delete
    3. ohhh.. ada masalah di jalan toh..

      kalau saya waktu itu berkat pagi dari bandar lampung, sampai di krui sore lalu ngecamp di pinggir pantai..
      besoknya baru berangkat ke pulau..

      Delete
  3. Wah... berarti besok saya mesti mampir ke Krui ini klo lewat Lampung. Klo soal perahu yg overload itu kayaknya udah hal yg biasa deh buat para nelayan. Sama seperti truk-truk di jalanan yang muatannya pasti overload itu. Merekanya sih jago "akrobat", tapi yang diangkut nggak tahu deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. masalah overload emang jagonya orang indonesia sih, udh biasa, tp naik kapal yg abis tenggelam itu yang luar biasa.. hahahaha..

      oh ya dari Bandar Lampung ke Krui 7 jam lewat jalur selatan dan 9 jam lewat jalur barat lho..

      Delete
  4. Replies
    1. Alhamdulillah bisa kesana, meskipun awalnya sama sekali tidak direncanakan.. :)

      Delete
  5. pulau ini memang super cantiiik..tapi ke sananya susah yaaa mba :)..sayang cuaca sedang tidak bersahabat..saya kebayang udah mau foto session di sana hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebenarnya banyak spot yang bisa buat foto session, sayangnya karena hujan, saya jadi tidak berani mengeluarkan kamera saya.. hehehehe..

      tapi foto pemandangan memang lebih bagus ketika langit biru yang cerah sihh..

      but so far, it's still awesome kok.. :)

      Delete
  6. Ah krui ... belum kesampaian sampai kesana. Ombak nya kata nya dahsyat buat surfing

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa.. krui memang terkena karena ombaknya buat surfing..
      klo kata penduduk pulau pisang, krui memang sarangnya angin barat jadi ombaknya gede-gede..

      Delete

Popular Posts