(REVIEW) SEPINYA MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI

Kalau ditanya mengenai kapan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, semua pasti bisa menjawabnya. 17 Agustus 1945. Tapi kalau ditanya siapa yang mengetik naskah proklamasi setelah disusun oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, saya yakin dari 10.000 orang, cuma beberapa orang saja yang bisa menjawabnya. Sayangnya saya sendiri tidak termasuk yang beberapa orang tersebut. Hehehe...




Karena saya sudah lupa pelajaran sejarah yang pernah diajarkan di bangku SD ini, maka saya dan beberapa orang teman, Theresia, Lerry Martina dan satu lagi saya lupa namanya.. *maaf beribu maaf, bukan maksud hamba melupakan namamu, dear friend :)*  pun melakukan Museum Hopping a.k.a mengunjungi museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini terletak di Jalan Imam Bonjol no. 1, tepat di samping gereja GPIB Paulus, di kawasan sekitar Taman Untung Suropati.

Gedung museum ini dulunya merupakan bangunan rumah yang didirikan pada tahun 1920. Setelah itu pernah berganti kepemilikan mulai dari PT Asuransi Jiwasraya, British Council General, kediaman Laksmana Muda Tadashi Maeda (kepala kantor penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat), markas tentara Inggris, sampai kantor Perpustakaan Nasional.  Kalau mau tahu sejarah lengkap museum ini, kalian bisa membacanya di sini ya.

Pada tanggal 16-17 Agustus 1945, rumah ini pun digunakan sebagai tempat perumusan naskah proklamasi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu pada tahun 1984, Prof. Nugroho Notosusanto yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan instruksi agar merealisasikan bangunan bersejarah ini sebagai Museum Naskah Proklamasi. 




Pada tahun 1992, terbitlah Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/1992 tanggal 24 November 1992, yang menetapkan bangunan ini sebagai museum Perumusan Naskah Proklamasi. Jadi sedikit kepikiran, kok dari instruksi menteri  pada tahun 1984 sampai keluarnya SK pada tahun 1992 butuh waktu selama itu yaa?? Padahal ini bangunan bersejarah yang sangat penting dari seluruh rangkaian sejarah kemerdekaan bangsa kita lho.. Pemerintahnya melakukan apa saja sih selama itu??? *mikir.com*


Melihat bangunan ini dari luar, terlihat sangat rapi dan bersih. Perawatannya sangat baik sekali. Biaya masuk museum ini sangat murah sekali, hanya Rp.2.000. untuk dewasa. Murah meriah deh pokoknya. 


Begitu masuk kedalam dihadapan saya langsung terlihat tangga ke lantai dua, di sebelah kanan ada meja panjang  yang dulu dipakai untuk rapat oleh 20 orang tokoh penting untuk merumuskan naskah proklamasi. Sedangkan di sebelah kiri terdapat ruang tamu. 

Inilah beberapa ruangan yang saya abadikan dari museum Perumusan Naskah Proklamasi.. 











Ada beberapa display dan hal yang menarik perhatian saya di museum ini seperti poster dan alat-alat yang digunakan pada saat perumusan naskah proklamasi. 









Menurut saya, kelemahan terbesar museum ini adalah tidak guidenya dan penjaganya kurang pro aktif. Bayangkan saja, waktu saya masuk dalam ruangan museum ini, meja informasi tidak ada orang sama sekali, cuma buku tamu yang tergeletak di meja tersebut. Kita sampai menunggu sekitar 10 menit lebih, berharap ada yang bisa menemani kita mengelilingi museum ini sambil memberikan penjelasan dan hasilnyaaa... NIHIL saudara-saudara! 




Lalu ada beberapa komputer yang seharusnya bisa digunakan untuk sarana pencari informasi namun tidak berfungsi, entah rusak atau memang sengaja dimatikan karena sepi pengunjung. 


Namun satu hal yang pasti, wisata sejarah selalu menarik jika bersama teman-teman yang punya kesamaan minat pada sejarah. :) (EKW)


Comments

  1. kebalik sama saya, sampe2 ke lantai atas segala ditemenin, bisa nanya2, tapi sialnya sama penjaga museumnya ga boleh foto barang2 disana tanpa foto sama orang, entah maksudnya apa :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hooh.. baru tau ada peraturan itu..

      mungkin karena waktu itu saya pergi berempat kali ya makanya boleh foto2 sampai puas.. hehehe..

      Delete
  2. saya distelin film di ruang khusus. Bahkan Guide yg motret kami di tangga.

    ReplyDelete

Post a Comment