Konten [Tampil]
Salah seorang prajurit Pasola |
Baca juga : Marapu, kepercayaan Lokal di Tanah Sumba
Festival Pasola adalah salah satu upacara adat dari kepercayaan Marapu. Pasola merupakan sebuah permainan berkuda dan melempar lembing yang dilakukan oleh 2 kubu. setiap kubu memiliki beberapa pemain atau bisa juga disebut sebagai seorang prajurit.
Bulan Maret saya berkesempatan menyaksikan festival Pasola di desa Wainyapu, kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya. Letak daerah ini sekitar 3 jam dari kota Waikabubak, Sumba Barat.
Para penonton dan prajurti bersiap memulai Pasola |
Nyale bisa menjadi pertanda kesuburan ataupun panen raya. Semakin banyak Nyale yang terkumpul, maka diprediksi akan ada panen raya di masa akan datang. Setelah pengumpulan Nyale dilakukan, pagi harinya seorang pemimpin adat Marapu, akan membaca doa dan meminta izin kepada dewa Nyale untuk melaksanakan Pasola sebagai ucapan terima kasih atas panen yang akan datang.
Saya sampai di desa Wainyapu pada pukul 10.00 pagi waktu setempat. Sudah banyak warga dari beberapa desa disekitarnya yang berkumpul di lapangan desa tersebut. Sudah ada 2 kubu peserta yang berkumpul. Tiap kubu ini terdiri dari beberapa orang yang berasal dari beberapa desa. Menurut Oktavianus Ndari, semua orang boleh ikut serta dalam tradisi Pasola ini. Namun ada beberapa syarat yaitu, mahir berkuda, memiliki kuda sendiri, dan mahir melempar lembing.
Tepat pukul 11.00 Festival Pasola pun dimulai dengan sebuah tarian adat dan nyanyian khas Sumba. Setiap prajurit mencoba maju ke daerah lawan dan menggertak. Jika lawan belum maju, maka lembing tidak boleh dilempar ke arah lawan. begitu pula ketika kuda lawan telah berbelok meninggalkan daerah lawan, tidak boleh melempar lembing ke arah prajurit tersebut. Intinya, junjung tinggi sportifitas dan tidak boleh secara pengecut menyerang lawan dari belakang.
Antusiasme penonton menyaksikan Pasola |
Dua pemimpin kubu sebelum festival Pasola dimulai |
Anehnya, prajurit itu justru disambut dengan teriakan sukacita dari seluruh penonton yang ada disana. Mereka meloncat-loncat kegirangan, bernyanyi dan menari. Prajurit itu pun langsung dibawa ke puskesmas terdekat dan kubu lawannya pun dinobatkan menjadi pemenangnya.
Para prajurit memulai Pasola dengan saling menggertak |
salah satu pemain Pasola yang senang saat tombaknya mengenai lawannya |
Nyale itu nama dewa ya ternyata? Saya taunya Nyale itu yang ngambilin cacing di pantai, tapi daerahnya di Lombok, NTB. Di Sumba ada juga ya tradisi seperti itu. Beruntung banget bisa lihat langsung tradisi Pasola, Mbak. Ngeri juga ya tapi, bisa sampai ada yang terluka bahkan rela mengorbankan nyawa.
ReplyDeleteIni mereka agamanya Marapu ya. Serem ya, tapi gimana, wong ini memang kebudayaan daerah dari Lombok ya. Selain Pasola yang mengerikan tradisinya, ada hal-hal menarik lainnya, nggak, Mbak?
ReplyDelete*btw aku follow blognya ya Mbak.
Ngeri ya sampai berdarah peserta prajuritnya. Tapi ya kejadian itu bikin bangga, karena udah jadi tradisi sih. Seneng bisa hadir dalam event tradisi Pasola ya. Nggak banyak orang dari luar daerah tersebut bisa menyaksikan tradisi Nyale
ReplyDelete